Harga Saham Turun, Ini Cara Warren Buffett Menyikapinya!

ilustrasi papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Dok/EmitenNews
EmitenNews.com -Sejak awal tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot sebesar 7,54%. Berbagai tekanan silih berganti menghantam pasar saham Indonesia. Terbaru, pemangkasan peringkat sejumlah aset investasi di Indonesia, terutama yang ada di pasar saham oleh keputusan bank investasi global yang berbasis di New York, Goldman Sachs Group Inc. Berdasarkan laporan Bloomberg (10/3/2025), Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Keputusan ini diambil setelah melihat tekanan yang terus terjadi di pasar modal Indonesia dalam beberapa bulan terkahir.
Faktor utama yang berkontribusi terhadap pelemahan ini adalah ketidakpastian akibat ketegangan perdagangan global serta perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik yang mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Ketidakpastian ini semakin diperparah dengan aliran dana asing yang keluar dari pasar Indonesia, menyebabkan volatilitas tinggi dan ketidakstabilan harga saham. Dalam kondisi seperti ini, banyak investor panik dan menjual aset mereka demi menghindari kerugian lebih besar.
Menghadapi kondisi seperti ini, penting bagi kita untuk merenungkan strategi investasi yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan belajar kepada seseorang yang telah terbukti sukses melewati naik turunnya harga saham selama berpuluh-puluh tahun, yaitu Warren Buffett. Investor legendaris ini dikenal dengan prinsip investasinya yang tahan banting, bahkan di tengah gejolak pasar yang ekstrem. Sebagai CEO Berkshire Hathaway, ia telah membangun kekayaannya selama beberapa dekade melalui strategi investasi yang disiplin, berbasis nilai, dan berorientasi jangka panjang.
Warren Buffett dikenal sebagai penganut setia value investing, sebuah pendekatan yang dipelopori oleh Benjamin Graham. Filosofi ini menekankan pada pembelian saham dengan harga di bawah nilai intrinsiknya dan menahan investasi tersebut untuk jangka panjang. Ketika pasar saham mengalami penurunan, Buffett tidak panik atau menjual sahamnya; sebaliknya, ia melihatnya sebagai kesempatan untuk membeli saham bagus dengan harga diskon.
Buffett sering mengutip kata-kata Benjamin Graham, “Dalam jangka pendek, pasar adalah mesin pemungutan suara, tetapi dalam jangka panjang, pasar adalah mesin penimbang.” Ini artinya harga saham dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh sentimen dan emosi investor, tetapi dalam jangka panjang, nilai perusahaan yang sesungguhnya akan tercermin dalam harga sahamnya.
Salah satu alasan utama Buffett tetap tahan banting dalam berinvestasi adalah kesabaran dan kedisiplinannya. Ia tidak terpengaruh oleh kepanikan pasar atau berita negatif yang sering menyebabkan investor lain menjual saham mereka secara emosional. Buffett hanya membeli saham perusahaan yang memiliki fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang baik, dan ia siap menahannya selama bertahun-tahun.
Alih-alih menghindari pasar saat terjadinya krisis atau koreksi besar, Buffett justu melihatnya sebagai peluang emas untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga murah. Dalam banyak kesempatan, ia menyatakan bahwa investor harus rakus saat orang lain takut dan takut saat orang lain rakus. Ini artinya ketika mayoritas investor menjual saham karena panik, Buffett justru membelinya.
Salah satu contoh terbaik dari pendekatan ini adalah saat krisis keuangan tahun 2008. Ketika banyak investor mengalami kerugian besar dan keluar dari pasar, Buffett melihat peluang besar untuk membeli saham-saham perusahaan kuat dengan harga yang sangat rendah. Ia berinvestasi dalam perusahaan seperti Goldman Sachs dan Bank of America, yang kemudian menghasilkan keuntungan besar ketika ekonomi pulih.
Warren Buffett juga berhasil melewati crash pasar saham akibat pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Sementara banyak investor yang panik dan menjual aset mereka. Buffett tetap berpegang teguh pada prinsip investasinya. Ia bahkan meningkatkan kepemilikannya di perusahaan-perusahaan seperti Apple, yang kemudian mengalami kenaikan harga signifikan setelah ekonomi mulai membaik. Keputusan ini menunjukkan bahwa Warren Buffett tidak hanya bertahan dalam situasi sulit tetapi juga berhasil meraup keuntungan besar dengan tetap tenang dan berinvestasi di saat yang tepat.
Selama perusahaan memiliki fundamental yang kuat, Buffett tidak khawatir dengan pergerakan harga saham dalam jangka pendek. Ia percaya bahwa harga saham akhirnya akan mencerminkan nilai intrisik perusahaan dalam jangka panjang. Ia juga menyukai perusahaan dengan moat atau keunggulan kompetitif yang dapat melindungi mereka dari persaingan. Beberapa contoh perusahaan yang ia investasikan karena memiliki moat yang kuat, diantaranya adalah Coca-Cola, Apple, dan American Express.
Dengan memiliki saham di perusahaan-perusahaan yang memiliki brand kuat, loyalitas pelanggan tinggi, dan posisi pasar yang dominan, Buffett dapat tetap tenang bahkan saat terjadi resesi karena ia tahu bahwa perusahaan-perusahaan yang ia miliki memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang kembali.
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh investor adalah menggunakan leverage atau utang berlebihan untuk membeli saham. Ini dapat meningkatkan potensi keuntungan, tetapi juga memperbesar risiko jika harga saham turun. Warren Buffett menghindari strategi ini dan lebih memilih untuk berinvestasi dengan dana yang benar-benar dimilikinya. Dengan tidak menggunakan leverage yang berlebihan, Buffett dapat tetap tenang saat harga saham turun karena ia tidak perlu khawatir tentang margin call atau likuidasi paksa dari broker.
Dalam situasi seperti yang dialami oleh IHSG saat ini, investor dapat belajar dari strategi Warren Buffett. Investor diharap tetap fokus pada fundamental, tidak panik, dan melihat penurunan harga sebagai peluang. Dari cerita di atas, Warren Buffett telah membuktikan kepada kita bahwa ketahanan dan kedisiplinan adalah kunci keberhasilan dalam berinvestasi saham. Bagi investor yang ingin sukses, penting untuk tidak terpengaruh oleh sentimen jangka pendek dan tetap berpegang pada strategi investasi yang solid.
Related News

Begini Strategi Investasi Terbaik di Tengah Volatilitas IHSG

Inflasi Inti AS Melambat, The Fed Berpotensi Buka Jalan Lebih Dovish

Defisit Anggaran 2025 dan Tantangan Pasar Modal Indonesia

Temukan Saham Tercepat Balik Modal melalui Metode Payback Period

Begini Prospek Saham BBRI, BMRI, dan BBNI Pasca Rilis Danantara

Tunda Short Selling dan Buyback Saham Tanpa RUPS, IHSG Terdampak?