EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan berada di fase uptrend hingga akhir tahun ini, walaupun akan mengalami sedikit koreksi pada pekan depan. Vice President Senior Technical Portfolio Advisor PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih mengatakan tren penaikan IHSG sebenarnya sudah terlihat sejak Juli lalu, namun selalu terkoreksi. 


Secara historis, dalam 10-20 tahun terakhir, memang umumnya IHSG mengalami tekanan di Agustus-September (saat ini 2021). Namun umumnya, hingga Januari-Maret (pada 2022) berikutnya cenderung berada di posisi kenaikan dibanding Agustus-September sebelumnya.


“Jadi IHSG kalau saya lihat trennya sudah mulai naik terutama dari Juli. Karena selalu ada puncak- puncak yang lebih tinggi dan sedikit terkoreksi. Tapi trennya sudah naik,” kata dia dalam seminar daring yang digelar D Origins Advisory dan IGICO Advisory, bertema The Ultimate Guide to Technical Analysis.


Adapun pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (1/10) IHSG melemah 0,92% ke level 6.228,85. Dengan rincian 203 saham emiten tercatat naik harga, 303 perusahaan harga sahamnya turun. Serta 151 emiten mengalami harga saham yang stagnan. Alfatih pun memprediksi support IHSG Senin (4/10) pada rentang level 6.160-6.200 dengan resistance 6.350-an.


“Kira kira IHSG seperti itu. Dan ada lima saham emiten yang direkomendasikan buy pada pekan depan,” lanjut dia dalam acara yang diselenggarakan D’Origin Financial and Business Advisory bekerjasama dengan IGICO tersebut.


Kelima saham tersebut adalah BBRI terekomendasi buy dengan support di level 3.830 dan resistance pada rentang level 3.980-4.030. Bank Himbara lainnya, BBTN direkomendasikan sama dengan buy on support level 1.470 dan resistance pada kisaran level 1.540-1.590 Pun demikian dengan perusahaan milik negara lainnya, TLKM dengan rekomendasi buy pada harga support level 3.600 dengan rentang resistance level 3.830-4.050, serta WTON yang direkomendasikan buy near support level 273 dengan rentang harga resistance level 284, 292, bahkan hingga level 300. Selain itu ADRO yang direkomendasikan buy near support pada level 1.650 dengan resistance level 1.965-2.130.


Dalam kesempatan yang sama Elliot Wave Expert dari B Trade Elliottician Wijen Pontus mengamini Alfatih. Bahkan pihaknya telah memprediksi fase uptrend IHSG melalui dua skenario. 


“IHSG untuk skenario pertama resistance 6.350 sepakat dengan Pak Alfatih bahkan bisa sampai 6380. Seharusnya kita masih uptrend sampai akhir tahun. Ini adalah the best scenario kita. Skenario terbaik untuk IHSG adalah seperti ini,” ujarnya optimistis.


Skenario kedua IHSG terkoreksi ke level 6.150-an namun masih dalam fase uptrend terus sampai akhir tahun. Dalam skenario tersebut, masih dengan catatan IHSG tidak turun ke level 6.086. “Kalau tidak turun ke level itu kita akan masih melihat IHSG 6.350-6.380 untuk satu dua minggu ke depan,” ujarnya menjelaskan.


Lebih jauh Wijen menyebut satu bulan ke depan IHSG tak mustahil menembus level 6.480 sampai 6.500. Bahkan lebih rinci Wijen menjabarkan ada empat faktor utama yang mendorong IHSG untuk bullish pada akhir 2021. Pertama, sentimen terkait kasus pandemi Covid-19 yang terus melandai. Di mana pemerintah diakui prestasinya oleh dunia internasional. Dampak besarnya adalah, denyut ekonomi sudah mulai kembali pulih. “Melihat hal ini, harusnya kuartal empat 2021 ini pertumbuhan ekonomi kita juga akan membaik,” ujar Wijen.


Kedua, harga komoditas yang naik akibat commodity supercycle dan krisis energi, baik di China maupun Eropa. Ini mendorong hal positif untuk ekspor Indonesia yang memang masih didominasi oleh komoditas.


Ketiga, kebijakan tapering oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed. Wijen menyebut dampaknya terhadap pergerakan IHSG akan cenderung negative namun sifatnya jangka pendek. Sebabnya, indikator ekonomi Indonesia tahun ini masih cukup baik. Terakhir adalah foreign flow terhadap equity di indonesia yang menurut pantauan pihaknya sejak awal Juli hingga saat ini sudah melebihi Rp14 triliun di pasar reguler. “Ini indikasi bagus bahwa asing sudah comeback ke equity Indonesia,” imbuhnya.


Wijen pun menyebut beberapa saham emiten maupun sektor-sektor yang akan bergairah di pasar modal pekan depan. Dia pun sepakat terkait saham BBRI yang akan naik kembali dengan target minimal di level 4.010 hingga level 4.150. Dia menilai saham bank Himbara itu masih sangat menarik.


Di sisi lain Wijen pun mencermati kenaikan saham emiten dengan bisnis CPO yang juga dinilainya masih menari. Dia mencontohkan emiten SIMP target minimal level 500 dengan target idealnya level 520 untuk jangka pendek. Pun demikian LSIP yang menurutnya sama menariknya dengan SIMP. 


Di sector coal dia pun sepakat dengan Alfatih, akan menarik pada pekan depan. Namun dengan catatan untuk short term ada potensi untuk koreksi. Dia menyebut emiten bersandi ADRO dengan support level 1.600-1.650, dan akan kembali lanjut lagi dengan tren penaikan. “Kalau coal lagi koreksi saya rasa ini opportunity buat buy near support,” ujarnya.


Dalam acara tersebut pun Alfatih dan Wijen memberikan masukannya bagi investor ritel terutama yang masih pemula. Memahami analisis tren dinilai penting bagi investor saham agar dapat menetapkan strategi yang tepat ketika bertransaksi di pasar modal Menurut Alfatih, kelemahan banyak investor adalah masalah psikologi. Untuk mengatasinya, kata dia, investor ritel harus memiliki rencana di awal.


“Jadi jangan impulsif. Lihat running trade wah ini (langsung beli), tau-taunya pas di pucuk (memasuki downtrend). Itu sering terjadi. Atau sudah panik sudah lah cut loss padahal pas di harga support. Jadi kita harus punya trading plan. Memang yang trading jangka pendek trading plan-nya harus di kepala,” kata dia.