Indeks Saham Asia Terseret Wall Street Yang Catat Kinerja Terburuk Sejak Pandemi
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia Jumat (1/10) pagi ini dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam dimana ketiga indeks mencatatkan kinerja kuartalan terburuk sejak awal pecahnya pandemik.
Selama bulan September indeks saham tertekan oleh kekhawatiran kebijakan moneter yang tidak lagi akomodiatif, pudarnya pengaruh kebijakan fiskal pada ekonomi, ancaman inflasi, perubahan regulasi dan krisi utang di Tiongkok serta pandemik yang belum juga menunjukkan sinyal akan segera berakhir.
"Akibatnya, DJIA merosot 4.4% di bulan September, sementara S&P 500 terpangkas lebih dari 4.5%, penurunan bulanan pertama sejak Januari," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha. Namun secara year-to-date (ytd) S&P 500 masih tumbuh sekitar 15%.
Imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun turun 4 bps menjadi 1.49% menyusul aksi jual di pasar obligasi di tengah ketakutan akan tekanan inflasi yang lebih tinggi.
Dari sisi makroekonomi, perhitungan akhir (final estimate) PDB 2Q21 memperlihatkan bahwa ekonomi AS tumbuh 6.7% (Q/Q), sedikit lebih tinggi dari estimasi sebelumnya, 6.6% (Q/Q). Sejalan dengan revisi ini, belanja konsumsi ternyata tumbuh 12% (Q/Q) bukan 11.9% (Q/Q) seperti yang di laporkan sebelumnya.
Di pasar tenaga kerja, jumlah orang yang untuk pertama kali mencairkan tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) mencapai 362,000 untuk minggu yang berakhir 25 September, lebih tinggi dari ekspektasi 330,000 dan jumlah pada minggu sebelumnya, 351,000. Dengan demikian, Initial Jobless Claims sudah mengalami kenaikan selama 3 minggu beruntun namun masih jauh di bawah angka yang tercatat pada awal tahun ini.
Jumlah orang yang telah mencairkan tunjangan pengangguran selama paling tidak 2 minggu beruntun (Continuing Claims) mencapai 2.8 juta jiwa untuk minggu yang berakhir 18 September, tidak berbeda jauh dengan ekspektasi 2.79 juta dan turun dari angka pada minggu sebelumnya, 2.82 juta jiwa.
Dengan berbagai gambaran tersebut Phillip Sekuritas memprediksi IHSG hari ini akan cenderung melemah di rentang support 6.210 - resistance 6.320. Berikut teknikal saham-saham yang direkomndasikan.
CPIN
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 6,400
Target Price 1 : 6,700
Target Price 2 : 7,050
Stop Loss : 6,250
LSIP
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1,220
Target Price 1 : 1,320
Target Price 2 : 1,425
Stop Loss : 1,140
ISSP
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 300
Target Price 1 : 326
Target Price 2 : 360
Stop Loss : 284
MYOR
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 2,350
Target Price 1 : 2,450
Target Price 2 : 2,550
Stop Loss : 2,280.(fj)
Related News
Mengekor Wall Street, IHSG Lanjut Menyala
Pasar Fluktuatif, Koleksi Saham BBRI, BBNI, dan BBTN
Jakarta Setiabudi (JSPT) Siapkan Capex 2025 Rp500M, Cek Alokasinya
Konsisten Genjot SDM, BTN Sabet LinkedIn Talent Awards
Sunindo Pratama (SUNI) Sebut Pinjam Rp20M ke Bank UOB, Ini Jaminannya
APJAPI Rayakan HUT Ke-1, Juga Kukuhkan Pengurus DPD DKI Jakarta