EmitenNews.com - Industri otomotif Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang mengesankan meskipun menghadapi situasi global yang penuh tantangan. Baik industri kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat, keduanya berhasil bertahan dengan tetap menjaga kelancaran rantai pasokan.


Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengungkapkan berdasarkan data periode Januari-Oktober 2024 industri kendaraan bermotor roda dua mencatatkan produksi sebanyak 5,8 juta unit dengan penjualan 5,4 juta unit, serta ekspor unit kendaraan (CPU) sebesar 458 unit.


Sedangkan industri kendaraan bermotor roda empat menunjukkan kinerja yang serupa dengan angka produksi mencapai 996 ribu unit, penjualan 710 ribu unit, ekspor kendaraan utuh (CBU) sebesar 390 ribu unit, dan impor kendaraan utuh (CBU) sebesar 80 ribu unit.


“Angka ini mencerminkan pertumbuhan sebesar 6,7 persen dibandingkan dengan total 2023,” ujar Faisol dalam diskusi panel Bloomberg Technoz Ecofest 2024 di Jakarta, seperti yang dikutip dalam siaran pers Pertamina, Minggu (1/12/2024).


Dalam upaya mendukung komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon dan pencapaian target net zero emission (NZE), Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 43,2 persen sesuai dengan kesepakatan global. Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai insentif untuk kendaraan listrik, termasuk penghapusan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), bea masuk 0 persen, serta insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).


“Regulasi ini bertujuan untuk mendorong investasi dan mempercepat transisi menuju energi bersih. Kemenperin menerapkan strategi multiple pathway approach untuk mencapai target tersebut,” tambah Faisol.


Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 36 tahun 2021 tentang Kendaraan Bermotor Roda 4 Emisi Karbon Rendah, yang memberikan insentif berupa pengurangan pajak barang mewah untuk kendaraan dengan teknologi emisi karbon rendah. Kebijakan ini mempertimbangkan keunggulan dan kekurangan setiap teknologi yang tersedia, dengan memperhatikan penggunaan komponen lokal dalam kendaraan.


Untuk menarik lebih banyak investasi dan mempercepat pembentukan ekosistem kendaraan listrik, pemerintah Indonesia telah menetapkan target nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Target ini akan meningkat dari 40 persen pada tahun 2023 menjadi 80 persen pada 2030 dan seterusnya.


“Kita telah melihat banyak produk lokal yang diproduksi di Indonesia. Meskipun beberapa komponen masih berasal dari luar negeri, komponen lokalnya sudah cukup signifikan, bahkan ada yang hampir mencapai 40 persen. Kemenperin terus mendorong agar para produsen meningkatkan kandungan lokal mereka,” ujar Faisol.


Faisol juga menekankan pentingnya bagi produsen otomotif untuk membangun pabrik di Indonesia karena dampak sosial dan ekonomi yang tinggi, termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja.


Melihat penetrasi pasar kendaraan listrik dalam dua tahun terakhir, Faisol memperkirakan dalam waktu lima tahun ke depan, pasar otomotif Indonesia akan didominasi oleh kendaraan listrik. Oleh karena itu, penting untuk merancang langkah-langkah transisi dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik atau hibrida.


“Pemerintah harus memikirkan transisi industri dengan hati-hati agar industri otomotif tidak mengalami kontraksi,” kata Faisol.


Rachmat Kaimuddin, Ketua Satgas Transisi Energi Nasional, juga mengungkapkan bahwa negara-negara tetangga, seperti Thailand, sudah mulai menyiapkan peralihan menuju kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Rachmat menambahkan bahwa penjualan kendaraan konvensional global telah mengalami penurunan sejak puncaknya pada tahun 2017, yang menunjukkan bahwa transisi menuju kendaraan listrik tidak bisa dihindari.


“Puncak penjualan kendaraan konvensional terjadi pada 2017. Sejak saat itu, penjualan kendaraan konvensional di dunia sudah turun. Itu artinya transisi ke kendaraan listrik harus segera dimulai,” jelas Rachmat.


Saat ini, pasar otomotif Indonesia mulai dibanjiri oleh merek-merek kendaraan listrik yang menawarkan produk berkualitas tinggi. Rachmat menegaskan, tugas pemerintah adalah memastikan bahwa konsumen mendapatkan produk yang baik dan tidak ada kendaraan yang kurang berkualitas yang masuk ke pasar Indonesia.


“Kemenperin harus memastikan bahwa produk kendaraan listrik yang masuk ke pasar memenuhi standar kualitas tinggi, agar konsumen tidak kecewa,” pungkasnya.


Dengan langkah-langkah strategis yang terus diambil, Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi kendaraan listrik yang akan mendominasi pasar otomotif dalam waktu dekat.(*)