EmitenNews.com -PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) mencatat kinerja keuangan yang impresif pada periode yang berakhir 30 September 2025. Perusahaan berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba yang sangat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam laporan keuangan yang dirilis, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp68,60 miliar, melonjak sekitar 195% dari pendapatan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp23,28 miliar. Pertumbuhan ini turut mengerek laba kotor perusahaan menjadi Rp32,42 miliar, atau naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Secara kontribusi pendapatan dari penyedia layanan internet tumbuh signifikan menjadi Rp67,15 miliar dari sebelumnya hanya Rp23,28 miliar dan periode ini INET membukukan pendapatan dari jasa konstruksi Rp1,44 miliar dimana sebelumnya post ini tidak ada. Kinerja operasional juga menunjukkan lonjakan positif. Laba usaha meningkat dari Rp2,49 miliar menjadi Rp25,27 miliar, atau tumbuh lebih dari 900%. Sementara itu, laba bersih mencatatkan kenaikan luar biasa sebesar 819%, dari Rp2,10 miliar menjadi Rp19,37 miliar.

EBITDA perusahaan turut mengalami pertumbuhan signifikan, mencapai Rp35,35 miliar, naik dari Rp4,68 miliar pada periode sebelumnya. Peningkatan EBITDA ini menandakan arus kas operasional yang semakin kuat dan efisien. Dari sisi posisi keuangan, total aset perusahaan naik hampir dua kali lipat menjadi Rp454,59 miliar, dari sebelumnya Rp229,85 miliar pada akhir 2024. Liabilitas perusahaan juga meningkat menjadi Rp93,07 miliar, naik dari Rp13,98 miliar, seiring ekspansi yang dilakukan perusahaan.

Direktur Utama PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk, Muhammad Arif menyatakan, dengan capaian pertumbuhan pendapatan dan laba yang signifikan, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk menunjukkan momentum pertumbuhan positif yang berpotensi berlanjut hingga akhir tahun. Peningkatan aset dan profitabilitas menjadi indikator kuat bahwa perusahaan sedang berada dalam fase ekspansi dan penguatan operasional.

PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) mengumumkan rencana ambisius untuk mengakselerasi ekspansi infrastruktur digitalnya melalui aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights Issue senilai Rp3,2 triliun. Langkah strategis ini bertujuan untuk menjadikan INET sebagai "tulung punggung infrastruktur digital Indonesia", sejalan dengan visi perusahaan.

Aksi korporasi ini dirancang untuk mendanai proyek infrastruktur generasi mendatang, termasuk perluasan jaringan Fiber to the Home (FTTH) dan pengembangan sistem kabel laut domestik dan internasional. Dana segar sebesar Rp3,2 triliun yang ditargetkan dari rights issue ini akan dialokasikan secara mayoritas untuk pengembangan infrastruktur melalui anak-anak perusahaan. Rincian penggunaan dana adalah sebagai berikut:
Rp2,8 triliun untuk PT Garuda Prima Internetindo (GPI) guna membangun 2 juta koneksi FTTH Wi-Fi 7 di Bali dan Lombok.
Rp213 miliar untuk PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) untuk pembayaran IRU (Indefeasible Right of Use) kabel laut.
Rp135 miliar untuk PT Internet Anak Bangsa (IAB) untuk rollout FTTH di Jawa.
Sisanya akan mendukung modal kerja dan pertumbuhan operasional.

Melihat hal ini, Muhammad Arif, menegaskan komitmen INET untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan pasar konektivitas di Indonesia.

"Aksi korporasi ini adalah langkah fundamental kami untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital. Dengan target dana Rp3,2 triliun, kami akan secara agresif memperluas jaringan FTTH dengan teknologi Wi-Fi 7 terbaru, terutama di Bali, Lombok, dan Jawa, serta memperkuat sistem kabel laut kami, termasuk rute penting Jakarta-Batam-Singapura," ujar Muhammad Arif. "Kami percaya bahwa dengan penetrasi fixed broadband Indonesia yang masih berada di angka 15%, jauh di belakang negara-negara SEA lainnya, peluang pasar untuk ekspansi FTTH sangat besar, dan INET siap memimpin di sektor ini."

Selain pengembangan internal, INET juga mengumumkan rencana akuisisi dua perusahaan strategis untuk memperkuat ekosistem bisnisnya melalui akuisisi. Seperti PT Trans Hybrid Communication (THC) yang di akuisisi 60,00% saham pengendali. THC adalah perusahaan PMA yang bergerak di layanan IP internet teknologi NAP, IP Transit, Dedicated Internet, Collocation Server, dan Managed Services.

Lalu ada PT Personel Alih Daya Tbk (PADA) dimana INET akan mengakuisisi 53,57% saham pengendali. PADA adalah perusahaan yang bergerak di bidang manajemen outsourcing dan telah melayani lebih dari 80 klien dengan mempekerjakan lebih dari 8.000 orang di seluruh Indonesia.

Muhammad Arif menambahkan, "Akuisisi THC akan melengkapi layanan konektivitas dan data center interconnect kami, sementara PADA akan memperkuat kapabilitas pendukung bisnis kami. Ini adalah bagian dari strategi terintegrasi kami untuk menawarkan solusi digital yang komprehensif, dari konektivitas lintas pulau hingga layanan last-mile FTTH menggunakan teknologi Wi-Fi 7."

PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara, sebagai pemegang saham utama INET dengan kepemilikan 60,62%, telah menunjukkan komitmen penuh untuk menyerap seluruh haknya senilai Rp1,78 triliun, dan bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) hingga Rp1,41 triliun, yang memastikan kesuksesan pelaksanaan rights issue ini.

Rights Issue ini akan menerbitkan 12,8 miliar saham baru dengan harga Rp250 per saham, dengan rasio pelaksanaan 3 saham lama menghasilkan 4 HMETD (hak). Selain itu, investor juga akan mendapatkan Waran Seri II dengan rasio 50 saham baru menghasilkan 9 waran, dengan harga pelaksanaan Rp300 per saham.