IPO Perusahaan Mercusuar Dinilai Rugikan Investor, Ini Alasannya
Lantai perdagangan saham di BEI.
EmitenNews.com - Perusahaan mercusuar atau emiten berskala besar atau lighthouse company yang tengah getol ditargetkan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk IPO, dinilai merugikan investor dan perekonomian nasional.
Hal tersebut dikatakan analis Strategi Institute, Fauzan Luthsa. Menurutnya IPO perusahaan mercusuar tidak memberikan nilai tambah pada investor dan membuat ketimpangan market semakin melebar.
“BEI selaku Self Regulatory Organization (SRO) pasar saham sepertinya lebih fokus ke IPO emiten jumbo daripada perusahaan menengah Indonesia yang tujuan IPO nya untuk scale up bisnis dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi nasional. Akhirnya muncullah IPO yang tujuannya menjadi pertanyaan dan hanya memutar uang bahkan Exit para pengendali lama“ jelasnya, Kamis (28/11).
Fauzan memberikan contoh terdapat dua emiten berskala besar dan dibanggakan oleh IDX yang akan melantai di Bulan Desember 2024 ini.
Salah satu IPO tersebut nilai totalnya diprediksi Rp 4,7 triliun lebih. “Agak lucu, jadi dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 4,2 triliun lebih -uang investor pasar saham Indonesia yang membeli saham ini- tujuan penggunaan dananya digunakan untuk membeli saham milik pemegang saham lama. Dan hanya sekitar Rp 400-an miliar saja yang masuk ke kas perusahaan untuk pengembangan usaha.“
Ia menambahkan, “dan uang Rp 4,2 triliun tersebut akan terbang ke negeri Jiran karena para pemegang sahamnya berasal dari sana. Ini bentuk capital flight terang-terangan. Apa seperti ini IPO lighthouse yang digadang-gadang dan dibanggakan?”
Fauzan menjelaskan, perolehan dana sebesar Rp 4,2 triliun itu hanyalah senilai 9 persen dari kepemilikan pemegang saham lama yang dilepas dan saham baru yang dibeli publik hanya sebesar 1 persen.
“Jadi nilai kepemilikan yang dilepas pemegang saham lama hanya bermodalkan Rp 216 Milyar (9% dari modal disetor 2,2 Triliun). Pemegang saham lama mendapatkan uangnya kembali beserta Ribuan persen keuntungan, bahkan kepemilikan saham lama masih ada di perusahaan tersebut dan masih jadi pengendali. Empat triliun lebih terbang memberikan keuntungan untuk pengendali ke luar negeri dan hanya 400 miliar disisakan untuk bisnisnya di Indonesia. Apa Indonesia tidak dianggap sebagai market? Dimana nilai tambah untuk ekonomi kita?”
Analis Strategi Institute ini menyebut kejar target IPO perusahaan mercusuar akan menjadi penyebab ekosistem pasar modal Indonesia tidak sehat dan menyuburkan monopoli pasar.
Menurutnya hal ini akan merugikan investor saham dan perusahaan menengah yang mencoba mengembangkan bisnisnya melalui perolehan dana di pasar modal.
“Padahal perusahaan menengah yang IPO, berkontribusi signifikan pada perekonomian nasional, seperti peningkatan pembayaran pajak, menggeliatnya rantai pasokan, meningkatkan daya beli dan menyerap tenaga kerja.”
Ia menyarankan agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turun tangan mengatasi hal ini, “ini baru satu emiten loh. Ada 2 emiten jumbo lagi. Sepertinya semua IPO jumbo ini memiliki skenario serupa hanya menarik keuntungan dari uang investor publik kepada pengendali semata. Saya berharap OJK berperan signifikan dalam mengatasi persoalan ini,“ tutupnya. *
Related News
AMAG Catat Laba Tumbuh 25,3 Persen di Kuartal III-2024
MD Entertainment (FILM) Suntik Anak Usaha Rp39,9M, Cek Detailnya
NSSS Tidak Dijamin Bursa, Pengendali Belum Berhenti Buang Saham
Golden Energy (GEMS) Bagi Dividen Interim USD90 Juta, Ini Jadwalnya
Manajemen Beberkan Kinerja, Saham AMMN Melonjak Hari Ini
Bengkak 31,97 Persen, Rugi Sriwahana (SWAT) Capai Rp19M di Kuartal III