EmitenNews.com - Filosofi bisnis yang dikembangkan Lippo berjalan dalam koridor yang dirancang sang pendiri, Mochtar Riady, yakni stewardship ataupun amanah. Perusahaan harus terus tumbuh berkesinambungan seiring dengan memberikan berkah bagi lingkungan dan masyarakat.

 

Pesatnya perkembangan teknologi dan dunia digital sejak beberapa tahun terakhir seiring investasi dan ekspansi Lippo di sektor teknologi dan digital sejak 2014. "Kami mulai investasi di dunia startup pada 2014, dulu namanya Ventura. Pada saat itu, kalau kita masuk ke semua perusahaan teknologi di Indonesia, seperti Tokopedia, Traveloka, Gojek. Total kapitalisasinya itu sekitar USD60 juta dollar," ungkap John Riady sebagai CEO PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) Kamis (23/12).

 

Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah berdampak pada perubahan pola pikir dan perilaku konsumen. Begitupun dengan pola bisnis. Ada satu pepatah kuno yang mengatakan, "Pada saat angin mulai meniup, ada yang membangun tembok, ada pula yang membangun kincir angin". Perubahan tak mungkin dihalau, namun harus direspons dengan tepat. Karena itu, John Riady, sebagai generasi ketiga Lippo memilih membangun "kincir angin".

 

Berbagai inovasi bisnis terkait pengembangan teknologi dan digital telah digulirkan John Riady. Ada empat strategi dan bagian yang dikembangkan John dalam pengembangan bisnis di bidang teknologi dan digital.

 

Pertama ialah investing in early stages technology, di mana Lippo berinvestasi di perusahaan perusahaan teknologi dan digital yang masih dalam tahap awal dan pengembangan. Investasi yang dilakukan pun belum terlalu besar. Misalnya saja, investasi Lippo di Grab saat itu hanya sebesar USD50.000. Lalu, di Ruangguru dan Sociolla sebesar Rp3 miliar dan Rp5 miliar.

 

Tahapan ini dinilai sangat penting oleh John. Selain modal investasi yang tak terlalu besar, berbagai detail dan pelajaran pun bisa diraih. Seperti apa dan bagaimana perintisan perusahaan-perusahaan teknologi dan digital, serta jatuh-bangun perusahaan-perusahaan tersebut. Kini, perusahaanperusahaan tersebut telah memiliki nilai kapitalisasi yang sangat besar. Kolaborasi dan pengembangan ini menjadi nilai tambah bagi Lippo untuk pengembangan selanjutnya.

 

Tahapan kedua, ialah menjalin kemitraan. Salah satu kemitraan yang dibangun ialah dengan Ping.An, sebuah perusahaan teknologi asuransi terbesar di China. Kedua perusahaan ini menjalin satu joint venture (JV) untuk mendirikan perusahaan financial technology (fintech) di Indonesia.

 

Tahapan ketiga ialah later stage, atau melakukan investasi di perusahaan-perusahaan teknologi dan digital yang telah besar. Dalam tahapan ini, Lippo berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang telah besar, seperti Bukalapak dan GoTo.

 

Setelah berbagai pembelajaran dan kolaborasi yang dilakukan, tahapan berikutnya ialah melakukan transformasi perusahaan yang dimilikinya, salah satunya ialah PT Multipolar, Tbk (MLPL).