EmitenNews.com - Indeks saham di Asia sore ini Jumat (18/2) ditutup variatif (mixed) dengan kecenderungan melemah.


Namun di dalam negeri indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mampu bertahan. Pada penutupan perdagangan akhir pekan ini IHSG berhasil ditutup menguat +57.701 poin atau +0.84% ke level 6.892.


Menurut analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, indeks saham global tertekan oleh menguatnya kembali rasa takut bahwa Rusia akan segara menginvasi Ukrania.


"Ini menambah kegelisahan investor yang sebelumnya terfokus pada rencama bank sentral AS (Federal Reserve) untuk menaikkan suku bunga acuan," katanya.


Presiden AS Joe Biden hari ini dijadwalkan melakukan pertemuan jarak jauh (teleconference) mengenai krisis Ukrania dengan para pemimpin dari Kanada, Perancis, Jerman Italia, Polandia, Rumania, Inggris dan Uni Eropa serta NATO.


Pada saat ketegangan di Eropa Timur masih mencuri perhatian investor, harga minyak mentah memperpanjang trend penurunan. "Karena investor merasa semakin optimis bahwa kesepakatan atas program nuklir Iran dapat membuka keran ekspor minyak mentah asal Iran sehingga akan menambah jumlah pasokan di pasar global," ulas Dustin.


Dari sisi makroeknomi, inflasi inti (core CPI) Jepang bulan lalu mencatatkan kenaikan (+0.2% Y/Y) selama 5 bulan beruntun namun dengan laju yang lebih lambat dari bulan sebelumnya (+0.3% Y/Y).

Catatan ini memperbesar peluang bahwa bank sentral Jepang (Bank of Japan = BOJ) akan lebih lambat dari bank-bank sentral negara maju yang lain dalam menaikkan suku bunga acuan.


Data inflasi akan menjadi salah satu faktor yang akan di pertimbangkan oleh BOJ pada pertemuan kebijakan yang akan datang, yaitu di pertengahan bulan Maret.


Data core CPI sudah mencatatkan pertumbuhan Y/Y sejak September 2021. Pertumbuhan Y/Y pada bulan Januari adalah laju kenaikan yang terkecil dalam 3 bulan terakhir.


Dari dalam negeri, Indonesia tahun 2021 lalu mencatatkan surplus Neraca Berjalan (Current Account) pertama dalam satu dekade terakhir namun Neraca Pembayaran (Balance of Payment) mendapat tekanan di 4Q21 akibat aliran keluar dana asing dari pasar obligasi dan juag lonjakan biaya impor.


Data yang di rilis oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan bahwa Neraca Berjalan (Current Account) mencatatkan surplus sebesar USD3.3 miliar sepanjang tahun 2021, setara dengan 0.3% dari PDB, di topang oleh booming harga komoditas dan juga kuatnya permintaan dari sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia. Ini adalah surplus Neraca Berjalan yang pertama sejak tahun 2011.


Statistik
IHSG: 6,892.818 | +57.701 poin |(+0.84%)
Volume (Shares) : 25.741 Billion
Total Value (IDR) : 12.072 Trillion
Market Cap (IDR) : 8,727.081 Trillion
Foreign Net Buy (RG): IDR 845.09 Billion
Saham naik : 295
Saham turun : 225


Sektor Penguatan Terbesar
Technology : +149.28 poin
Infrastrukture : +22.86 poin
Finansial : +14.72 poin


Top Gainers:
SUPR : 49,300| +8200| +19.95%
FASW : 7,800 | +1200| +18.18%
IBST : 6,900 | +1050| +17.95%
PANI : 2,260 | +450 | +24.86%
AALI : 11,400| +400 | +3.64%


Top Losers:
STTP : 8,000 | -475 | -5.60%
EDGE : 21,875| -425 | -1.91%
FISH : 5,300 | -375 | -6.61%
BYAN : 35,375| -225 | -0.63%
INTP : 10,925| -200 | -1.80%.(fj)