EmitenNews.com - PT Salim Ivomas Pratama (SIMP) sepanjang tahun 2020, membukan laba tahun berjalan dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp234,28 miliar. Kinejra itu, jauh melesat dibanding tahun sebelumnya membukukan rugi Rp546,14 miliar.


Pertumbuhan laba menyusul peningkatan laba kotor, penurunan beban penjualan dan distribusi, beban umum dan administrasi. Lalu, laba selisih kurs sebagian diimbangi laba atas perubahan nilai wajar aset biologis lebih rendah, dan kenaikan beban pajak penghasilan. Core profit juga berbalik positif menjadi Rp695 miliar.


Penjualan Grup SIMP naik 6 persen yoy menjadi Rp14,48 triliun. Laba kotor Rp3,01 triliun, naik 44 persen yoy. Laba usaha Rp1,77 triliun naik 177 persen yoy, dan EBITDA Rp3,15 triliun  naik 66 persen yoy. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti menukik 9 persen yoy menjadi 2,99 juta ton. Itu terjadi akibat dampak cuaca, dan kegiatan peremajaan tanaman sawit. Kontribusi TBS eksternal lebih rendah, total produksi vrude palm oil (CPO) turun 12 persen menjadi 737 ribu ton. 


Grup SIMP mencatat penjualan lebih tinggi tahun lalu, karena kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit dan produk Minyak dan Lemak Nabati (EOF). Sebagian diimbangi total volume penjualan produk sawit dan produk EOF lebih rendah. ASP CPO dan PK masing-masing meningkat 24 persen yoy dan 21 persen yoy.


”Kami melewati tahun menantang bagi industri agribisnis seiring dampak pandemi seluruh dunia, volatilitas harga komoditas, dan kondisi cuaca. Produksi TBS inti turun karena kondisi cuaca tidak mendukung, dan kegiatan peremajaan tanaman sawit. Kami melakukan peremajaan sebagian lahan berusia tua dengan benih bibit memiliki potensi hasil panen tinggi,” tutur Mark Wakeford, Direktur Utama Grup SIMP, kupada Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (1/3). 


Sementara itu, divisi EOF mencatat kinerja sangat mengesankan dengan produk consumer minyak goreng dan margarin membukukan pertumbuhan positif. Itu seiring peningkatan keluarga memasak dan bersantap di rumah selama pandemi. Namun, segmen industrial terpengaruh penurunan permintaan dari horeca (hotel, restoran, dan katering).


Harga CPO pulih dengan kuat pada semester kedua tahun lalu, dari posisi terendah sebelumnya kuartal kedua 2020. Itu didorong ekspektasi dampak kondisi cuaca, pasokan CPO terbatas, dan lonjakan permintaan kedelai. Grup SIMP mencatat peningkatan profitabilitas karena kenaikan harga jual rata-rata produk sawit, upaya-upaya dalam melakukan pengendalian biaya, dan efisiensi. 


Ketidakpastian perekonomian akibat tensi perdagangan AS-Tiongkok, dampak pandemi, dan pola cuaca tidak menentu mempengaruhi produksi dan harga komoditas. Harga CPO juga sensitif terhadap permintaan pasar impor utama, seperti Tiongkok dan India. 


Pertumbuhan permintaan domestik Indonesia termasuk mandat biodiesel, permintaan minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan pergerakan harga minyak mentah mempengaruhi pemintaan biodiesel secara umum. ”Tahun ini, kami memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek memiliki potensi pertumbuhan, meningkatkan pengendalian biaya, dan inovasi untuk peningkatan produktivitas,” tutup Mark Wakeford. (Rizki)