EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) memasung perdagangan efek 30 emiten. Suspensi perdagangan efek di pasar reguler dan tunai itu, efektif sejak 24 Februari 2023. Pasalnya, emiten-emiten itu belum membayar denda pelaksanaan public expose.
”Faktanya, hingga 23 Februari 2023, merupakan batas akhir pembayaran denda pelaksanaan public expose ada 30 perusahaan tercatat belum melakukan pembayaran,” tulis Yogo Brilliana Gahara, P.H Kadiv Penilaian Perusahaan 1 BEI.
Emiten-emiten bandel itu antara lain Bukit Uluwatu (BUVA), Steadfast Marine (KPAL), Multi Agro (MAGP), Sinergi Megah (NUSA), Trinitan Metals (PURE), Aesler Grup (RONY), Northcliff Indonesia (SKYB), Armidian Karyatama (ARMY), dan Cowell Development (COWL).
Jaya Bersama Indo (DUCK), Envy Technologies (ENVY), Falmaco (FLMC), Forza Land (FORZ), Golden Plantation (GOLL), Hotel Mandarine (HOME), Saraswati Griya (HOTL), Kertas Basuki Rachmat (KBRI), Cottonindo (KPAS), Grand Kartech (KRAH), dan Eureka Prima (LCGP).
Marga Abhinaya (MABA), Mitra Pemuda (MTRA), Hanson International (MYRX), Nipress (NIPS), Rimo Lestari (RIMO), Siwani Makmur (SIMA), Sugih Energy (SUGI), Tridomain (TDPM), dan Triwira Insanlestari (TRIL), Trada Alam Minera (TRAM). (*)
Related News
OJK Awasi Ketat Pinjol KoinP2P, Ini Alasannya
Pendapatan dan Laba JSPT Kompak Menguat per September 2024
IDX Gelar Ring the Bell for Climate & Closing Ceremony
IHSG Turun Tipis di Sesi I, ISAT, TLKM, ESSA Top Losers LQ45
Hasil Survei, BI Tangkap Sinyal Penghasilan Warga Bali Tumbuh Positif
BEI Pangkas Syarat NAB Pencatatan Reksa Dana Jadi Rp1M, Ini Tujuannya