KPAI Minta Perketat Pengawasan Makanan tak Sehat Untuk Anak
Ilustrasi Bocil Cuci Darah di Rumah Sakit Gara-Gara Penyakit Gagal Ginjal by AI. dok. Liputan6.
EmitenNews.com - Perketat pengawasan makanan tidak sehat untuk anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar di masyarakat. Terutama untuk produk-produk yang gemar dikonsumsi oleh anak-anak. KPAI menanggapi data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyatakan satu dari lima anak berpotensi mengalami gangguan ginjal.
Dalam keterangannya kepada pers, seperti dikutip Jumat (26/7/2024), Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mendorong pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar di masyarakat, terutama untuk produk-produk yang gemar dikonsumsi oleh anak-anak.
"Harga yang sangat murah dan industri kemasan yang kekinian, ternyata meninggalkan persoalan untuk anak anak kita yang belum memahami komposisi gizi seimbang," kata Jasra Putra.
KPAI mengungkapkan, banyaknya anak-anak yang mengonsumsi makanan dengan kandungan gula, garam, dan lemak berlebih menjadi salah satu penyebab gangguan ginjal pada anak.
Terlebih, menurut dia, produk-produk ini dipasarkan dengan kemasan yang menarik sehingga membuat anak-anak ingin mencobanya.
"Saya kira kemasan makanan sekarang jadi barang mewah, menjadi industri viral dengan kemasan-kemasan yang luar biasa menarik untuk anak," kata Jasra Putra.
Untuk itu, KPAI meminta adanya sosialisasi tentang gejala gangguan ginjal pada anak serta cara untuk mencegahnya.
"Penting segera ada sosialisasi gejala sebelum terganggu ginjalnya dan cuci darah, kemudian konsumsi air putih yang perlu diperhatikan, mengurangi konsumsi zat berpemanis buatan, garam dan lemak," katanya.
Selain itu, perlu juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar anak-anak membatasi konsumsi gula berlebihan termasuk makanan dengan rasa pedas, asam, manis, atau asin yang berlebihan.
"Konsumsi gula bila berlebihan akan mempengaruhi suasana hati mereka, yang berujung mudah cemas dan reaktif, sehingga ujung-ujungnya bersikap agresif. Yang menyebabkan anak tidak memiliki kecerdasan emosi, reaktif, berujung rentan, dan mudah mendapat perlakuan salah," katanya.
Selain menyebabkan gangguan ginjal, konsumsi makanan berlebihan juga menyebabkan obesitas dan gizi yang tidak berimbang.
Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan setidaknya 1 dari 5 anak Indonesia berusia 12-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal. Penyebabnya adalah gaya hidup mereka yang kurang sehat.
Survei IDAI menemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak, yakni adanya darah dan protein dalam air kencing mereka.
"Salah satu pakar ginjal IDAI bikin survei pada anak-anak remaja usia 12-18 tahun. Ternyata 1 dari 5 anak remaja itu dicek urinenya terdapat hematuria dan proteinuria. Jadi ada darah dan protein dalam urine," kata dr Piprim saat ditemui di Kantor IDAI, Selasa (23/7/2024).
"Ini salah satu indikator awal kerusakan ginjal. Ini menunjukkan gaya hidup anak-anak kita usia 12-18 tahun ini sangat memprihatinkan. Pola makannya, pola geraknya, pola tidurnya sering begadang, dan malas gerak olahraga," sambungnya. ***
Related News
Kupas Tuntas Strategi Indonesia Hadapi Tantangan Ekonomi 2025
Indonesia, Tantangan Pemberantasan Korupsi Butuh Komitmen Pemerintah
Dari CEO Forum Inggris, Presiden Raih Komitmen Investasi USD8,5 Miliar
Menteri LH Ungkap Indonesia Mulai Perdagangan Karbon Awal 2025
Polda Dalami Kasus Kabag Ops Tembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan
Ini Peran PTPP Dalam Percepatan Penyelesaian Jalan Tol Jelang Nataru