Kredit Bank Jago (ARTO) Melesat 119 Persen, Analis: Potensi Pertumbuhan Sangat Besar
EmitenNews.com - PT Bank Jago Tbk mencetak laba bersih Rp41 miliar pada kuartal III-2022, melonjak 224% dari posisi kuartal III-2021 yang tercatat rugi bersih Rp 33 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi hari ini, pelopor bank digital di Indonesia ini meraih pendapatan bunga sebesar Rp1,08 triliun pada Kuartal III-2021, meningkat 205% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp355 miliar. Pendapatan bunga ditopang oleh ekspansi kredit yang melesat 119% menjadi Rp8,15 triliun dibandingkan setahun sebelumnya.
Meski meningkat, namun beban bunga tercatat mengalami pertumbuhan lebih rendah. Beban bunga naik 166% secara year on year menjadi Rp101 miliar dibandingkan setahun lalu Rp38 miliar. Alhasil, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) menembus Rp984 miliar atau tumbuh 210% secara yoy.
Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang CItradi menilai pertumbuhan Bank Jago masih dalam tahap awal dan masih terus berkembang. Bank ini belum menggali potensi-potensi pada Grup GoTo, salah satu startup terbesar di Indonesia.
“Bila dilihat penyaluran kredit senilai Rp8,1 triliun itu belum mencerminkan kekuatan sinergi ekosistem dengan Grup Goto. Jika berhasil dioptimalkan akan ada loncatan portofolio kredit di Bank Jago. Otomatis hal ini akan berdampak pada profitabilitas Bank Jago,” ujarnya.
Pernyataan Tirta tersebut sejalan dengan tahapan integrasi Bank Jago dan GoTo. Saat ini kolaborasi lebih banyak difokuskan pada akuisisi nasabah dan layanan transaksi perbankan. Sementara itu, untuk sisi kredit belum banyak yang disalurkan Bank Jago ke ekosistem GoTo.
Terakhir, Bank Jago mendukung pendanaan dalam produk GoPaylater Cicil di Tokopedia. Pembiayaan ini ditujukan kepada customer Tokopedia yang menginginkan pembelian dengan cara angsuran. Selain itu, Bank Jago juga telah mengintegrasikan layanan ke Gobiz, aplikasi untuk mitra usaha GoFood. Bank Jago juga telah ancang-ancang untuk menyalurkan pembiayaan kepada merchant Gobiz.
“Publik itu menunggu kolaborasi yang lebih dalam dengan Tokopedia. Potensi pembiayaan kepada user dan merchant Tokopedia sangat besar,” ujarnya.
Di sisi lain, dia juga menyoroti kolaborasi Bank Jago dengan PT BFI Finance Tbk (BFIN). Kolaborasi ini didasarkan posisi Jerry Ng selaku pemegang saham pengendali di Bank Jago yang juga menjadi salah satu pengendali di BFI Finance.
BFIN merupakan perusahaan multifinance terbesar kedua di tanah air. Sebagian besar pembiayaan tersalurkan untuk pembelian kendaraan roda dua dan empat, baik baru dan bekas. Dengan rata rata harga jual mobil di atas Rp150 juta, rata rata ticket size kredit BFIN sangat besar.
Hingga akhir Juni 2022, total piutang yang dikelola (managed receivables) BFIN telah mencapai senilai Rp 16,8 triliun atau naik sebesar 23,3% yoy.
Portofolio pembiayaan dari managed receivables berdasarkan jenis aset konsumen didominasi oleh pembiayaan mobil bekas dan baru sebesar 69,97% atau senilai Rp 11,75 triliun. Selanjutnya disusul oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 11,97%, motor bekas 10,76%, property-backed financing 2,67%, dan sisanya berasal dari pembiayaan syariah dan chanelling dengan anak usaha, yakni Pinjam Modal.
Dengan posisi Jerry Ng di Bank Jago dan BFIN, kolaborasi mendalam kedua entitas ini hanya soal waktu. Jago dan BFIN bisa bekerjasama dalam bentuk credit channeling ataupun joint financing
Selain dengan BFIN, Bank Jago juga telah mengumumkan kolaborasi dengan marketplace mobil bekas, Carsome. Hal ini dibaca sebagai sebuah strategi Bank Jago melakukan penetrasi dalam pembiayaan otomotif.
“Kalau Bank Jago, BFI Finance, dan Carsome bisa berkolaborasi, maka ini adalah potensi yang luar biasa. Dari sisi pendanaan ada Bank Jago, Carsome sebagai marketplace, dan BFI Finance yang menyalurkan kredit secara langsung,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, dia menyoroti masih banyak pekerjaan rumah dari Bank Jago untuk berkolaborasi dengan ekosistem. Pada saat bersamaan hal tersebut juga menjadi potensi besar bagi Bank Jago pada masa depan.
“Kuncinya adalah percepatan kolaborasi. Semakin cepat kolaborasi maka akan semakin cepat berdampak pada kinerja keuangan, termasuk mencetak profit,” ujarnya.
Related News
IHSG Ditutup Turun 0,55 Persen, Terseret Sektor dan Saham Ini
Bos GEMA Belum Berhenti Serok Saham, Ada Aksi Korporasi?
Pendapatan Drop 34,7 Persen, RONY Catat Laba Naik di Kuartal III
Emiten Otomotif TP Rachmat (ASLC) Pertahankan Target Pertumbuhan 2024
WTON Sebut Capai Target Kontrak Baru Hingga 81 Persen di Oktober 2024
Dian Swastatika (DSSA) Rilis Surat Utang Rp3,5T, Bunga 6,5-8,62 Persen