KSEI Soroti Ketahanan Emiten di Tengah Gejolak Global

Seremoni dan foto bersama para stakeholders dalam Seminar Emiten 2025 yang dihelat KSEI. FOTO - ISTIMEWA.
EmitenNews.com - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Selasa (8/7) menggelar perhelatan Seminar Emiten 2025 bertema “Navigating Global Dynamics: The Resilience of Indonesia’s Economic and Financial Systems”. Ajang ini jadi forum optimalisasi dan kolaborasi antara regulator, emiten, investor, dan pelaku pasar di tengah tantangan global.
Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat dalam siaran persnya yang terbit Jumat (11/7) menyampaikan pentingnya peran emiten dalam menopang stabilitas ekonomi, yang mana hingga saat ini, ada sebanyak 965 emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang ditargetkan dapat mencapai 1.000 emiten pada tahun ini.
“Sebagai bagian vital dari ekosistem pasar modal, emiten memegang peran penting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional,” ucapnya.
KSEI, lanjutnya, terus mendorong efisiensi dan inklusi pasar melalui digitalisasi dan inovasi layanan. Melalui forum ini, KSEI menunjukkan beberapa data nilai corporate action semester I 2025 yang menembus Rp273 triliun (naik 10% YoY).
Kemudian juga, terdapat 961 emiten telah gunakan eASY.KSEI (naik 3,1%), Investor aktif eASY.KSEI tembus 56 ribu (naik 18%), Volume instruksi harian C-BEST capai 2,3 juta, dan Aset S-INVEST yang telah kelola dana hingga mencapai nilai Rp811 triliun.
Adapun, dalam forum perhelatan KSEI yang melibatkan bernagai ornamen lembaga tersebut menyelaraskan berbagai persepsi pandangan para tokoh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Deputi Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan misalnya. Ia menegaskan bahwa Indonesia dalam isu inflasi masih terkendali dan pertumbuhan stabil berikut penetapan target pertumbuhan 8% pada 2029 yang jadi arah strategis nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, menggarisbawahi berbagai regulasi baru demi memperkuat transparansi dan perlindungan investor, termasuk peningkatan free float dan reformasi sistem e-IPO.
Menyambung kepada Direktur Utama BEI, Iman Rachman, Ia menyoroti kinerja IHSG yang telah naik 18% sejak 2020, dengan target pengembangan seperti ETF Emas, Single Stock Futures, dan liquidity provider (LP) saham.
Ekonom Senior Raden Pardede mengingatkan pentingnya kebijakan fiskal yang adaptif, realokasi anggaran, dan belanja pemerintah sebagai pendorong PDB 2025 di tengah tekanan global.
Adapun, sektor energi yang tersorot banyak terdampak dari hal ini, Dirut PGN Arief Setiawan Handoko memberi urgensi integrasi infrastruktur gas nasional untuk menjaga efisiensi dan keterjangkauan harga energi.
Penutup disampaikan oleh Chief Economist Deutsche Bank Asia, Juliana Lee, yang menegaskan pentingnya jalur kebijakan yang gesit dan terukur untuk menghadapi tantangan ekonomi Asia di masa depan.
Related News

Target 66 IPO Tahun Ini Belum Tercapai, Begini Kata BEI

BEI Tegur Ajaib Sekuritas Lagi, Tapi Kasusnya Beda

OJK Catat 35 Emiten Buyback Tanpa RUPS, Nilainya Rp3,38 Triliun

BEI Ungkap 47 Perusahaan Siap Melantai di Semester II

OJK Tak Cawe-Cawe dalam Penawaran Jasa IPO Investindo Public Optima

Siapkan Penguatan Ekosistem Asuransi Kesehatan, OJK Tunda SE No.7/2025