Menakar Prospek Sektor PLAN Single Stock di 2024, Ini Strategi Investasi di Saham AS
Kiri-Kanan: Stephanus Paulus Lumintang CEO Jakarta Futures Exchange (JFX) bersama Norman CEO Gotrade. Foto/Rizki EmitenNews.com
EmitenNews.com -Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan setiap pelaku pasar atau investor jangka panjang ataupun trader bisa melakukan transaksi untuk membeli serta menjual saham di negara tertentu yang sudah dilegalkan oleh regulator di Indonesia.
Didasarkan hal ini, munculah alternatif investasi baru yang disebut Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Berjangka Luar Negeri (PALN). Alternatif ini, memungkinkan investor berinvestasi pada bursa di luar negeri secara langsung dengan harga real time. Salah satu dari produk PALN ini adalah PALN Single Stock.
Jumlah investasi ritel pada sektor perdagangan berjangka dan komoditas di Indonesia terus tumbuh mendorong lebih banyak skema perdagangan dan investasi yang dapat membuka kesempatan dan peluang terhadap portfolio baru. Sehingga tidak dibatasi satu negara, melainkan mencakup aset dan investasi lintas negara.
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Gotrade terus melakukan inisiatif atas inovasi dan ekspansi bisnis guna mengembangkan platformnya. Saat ini Gotrade memiliki 1 juta nasabah hanya di dalam negeri, belum termasuk nasabah internasional. Capaian transaksi Gotrande pada tahun 2023 mencapai Rp15 triliun.
Norman CEO Gotrade dalam sambutannya pada pemaparan outlook sektor PLAN Single Stock di tahun 2024 mengatakan, Gotrade merupakan platform investasi yang sudah lounching pada 2022, kita fokus pada aplikasi yang aman, nyaman dan mudah digunakan untuk eksposure investasi di AS, kita bekerjasama dengan ekosistem JFX, KB Valbury Sekuritas.
"Tahun 2022 instrumen investasi atau saham yang bisa di taransaksikan melalui Gotrade hanya 50, sedangkan pada 2023 naik hingga 620 saham dan tahun ini akan lebih banyak lagi," kata Norman, Kamis (25/1/2024).
Tahun 2024 ini Gotrade yang berada dibawah naungan Valbury Asia Futures memiliki ekspektasi market akan lebih baik setelah The Fed diperkirakan bakal menurunkan sukubunganya.
Stephanus Paulus Lumintang CEO Jakarta Futures Exchange (JFX) mengatakan, Gotrade sebagai sebuah platform harus di akui telah melalui fase yang tidak mudah, dimana legalitas sangatlah penting dimana kita saat ini telah memiliki kontrak-kontrak yang sah.
Kalau kita melihat client industri seperti ini, tidak bisa kita pungkiri zaman saat ini adalah zaman teknologi, sehingga kita harus bisa memaksimalkan potensi keuangan dengan manajemen resiko yang matang dengan mengontrol emosional.
"Kalau kita berkecimpung di instrumen investasi yang tidak legal. Harus dipahami dan komper terkait penawaran investasi logis apa tidak, lalu bagaimana bisa memaksimalkan ritern secara maksimal," ujar Dia.
Dalam berinvestasi tentunya setiap individu harus bisa untuk take profit atau manajemen resiko, dengan perhitungan berapa ritern yang bisa di dapat dan berapa resiko lost yang harus di antisipasi.
Lalu poin penting selanjutnya bagaimana untuk memanfaatkan kesempatan dalam berinvestasi yang belum tentu terjadi untuk kedua kali. "Tidak ada sesuatu yang pasti dalam berinvestasi," ujar Paulus.
Untuk investasi yang baik para investor atau treder tetap harus memperhatikan sisi fundamental, teknikal dan momentum untuk menentukan strategi investasi yang matang.
Sedangkan Aries Yuangga Praktisi Industri, Trader dan Investor mengatakan, teknikal analisis tetap berguna dimana kita bisa melihat suplay demand secara langsung. Kita berekspektasi S&P bisa di tutup pada 5000 atau 6000 an.
Pada 2023 konsentrasi palaku pasar fokus pada ketakutan terhadap inflasi dan resesi. Namun, faktanya inflasi mereda, perekonomian tetap kokoh meskipun terjadi krisis perbankan. The Fed menaikkan suku bungan 4X di 2023 namun mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga di masa depan. Stock performance kuat dengan kenaikan sekitar 26 persen untuk S&P 500 di tahun lalu. Mengacu data tahun lalu dan sentimen yang terjadi hingga awal 2024 ini, Prospek sektor teknologi di 2024 masih akan cukup positif di topang oleh AI dan cloud.
"Tahun 2024 untuk growth masih bisa lebih lagi, tapi koreksi bisa terkoreksi ke 4300. Dengan ekspektasi penguatan ke 6200," ujar Aries.
Sentimen yang wajib diperhatikan, pelaku investasi wajib memonitor kondisi makro ekonomi di 2024 adalah kebijakan The Fed terkait sukubunga acuan, perang geopolitik dan dampaknya terhadap perdagangan internasional. Salah satu alasan kenapa minat berinvestasi di saham AS begitu tinggi karena, saham AS memiliki ukuran dan likuiditas yang lebih besar, peluang investasi yang lebih beragam dan lingkungan regulasi yang lebih kuat.
Related News
Mengekor Wall Street, IHSG Lanjut Menyala
Jakarta Setiabudi (JSPT) Siapkan Capex 2025 Rp500M, Cek Alokasinya
Konsisten Genjot SDM, BTN Sabet LinkedIn Talent Awards
Sunindo Pratama (SUNI) Sebut Pinjam Rp20M ke Bank UOB, Ini Jaminannya
APJAPI Rayakan HUT Ke-1, Juga Kukuhkan Pengurus DPD DKI Jakarta
Diam-diam, Direktur BMRI Borong Saham Lagi Harga Atas, Ada Apa?