EmitenNews.com - Alot juga perundingan tarif dagang dengan Amerika Serikat. Karena itu, sampai menjelang tutup tahun 2025, negosiasi tarif dagang dengan Paman Trump tidak kunjung rampung. Indonesia malah tertinggal dibandingkan negara tetangga, Malaysia yang lebih dulu mencapai kesepakatan dengan Negeri Paman Sam. 

“Perundingan belum selesai. Minggu depan perundingan lagi. Malaysia sudah selesai, Kamboja sudah selesai. Tapi, perundingan dengan Indonesia memang cukup alot makanya kita tidak secepat Malaysia. Mudah-mudahan kita lebih baik,” kata Menteri Perdagangan Budi Santoso kepada pers, di sela kegiatan CEO Insight, di Jakarta, Selasa (4/11/2025). 

Sejauh ini Indonesia masih memiliki banyak pertimbangan agar saling menguntungkan dengan AS. Salah satunya posisi tawar RI. Hingga kini permintaan tarif 0% untuk komoditas Indonesia yang tidak diproduksi di Amerika, seperti kelapa sawit, kakao, dan karet juga belum mendapat respons. 

Indonesia memiliki alasan cukup masuk akal untuk terus berjuang dalam negosiasi tarif dagang dengan AS. Surplus Indonesia ke AS cukup besar. Ditambah, RI juga tidak ingin kehilangan pasar ekspor ke AS yang dinilai cukup besar. 

Pada 2024, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama nomor 2 bagi Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 9,94% atau senilai USD26,3 miliar. Sedangkan ekspor RI hingga September 2025 mencapai USD23,03 miliar. Impor senilai USD9,55 miliar dan neraca dagang USD13,48 miliar. 

“Pangsa ekspor kita ke Amerika cukup besar Jangan sampai hilang. Kita mendapatkan tarif 19%. Kalau sebelum implementasi sudah naik harapan kami ketika nanti diterapkan 19% justru akan lebih meningkat,” ujarnya. 

Banyak negara lain yang melakukan ekspor ke AS mendapatkan tarif lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Jika Trump mulai memberlakukan tarif tersebut seharusnya RI akan lebih dilirik. 

Menteri Budi juga menepis lambatnya negosiasi tarif AS dipengaruhi oleh government shutdown di AS beberapa waktu lalu. Saat ini Amerika berlomba-lomba impor produk RI sebanyak-banyaknya sebelum tarif resiprokal diimplementasikan. Akan tetapi, dia menilai kondisi tersebut baik untuk RI. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah menargetkan negosiasi tarif perdagangan dengan AS rampung sebelum akhir tahun ini. Ia masih optimistis Indonesia mendapat tarif O persen dari Amerika.

Pembahasan akan dilanjutkan pada akhir November mendatang, usai pelaksanaan KTT APEC 2025 di Korea Selatan. 

Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mencapai kesepakatan pasca diterbitkannya pernyataan resmi Presiden AS pada 7 Juli 2025. RI mendapat penurunan tarif menjadi 19% dari sebelumnya 32%.

Tetapi, Tim Negosiasi Tarif Indonesia-AS yang dimotori Menko Airlangga Hartarto meyakini bahwa produk-produk yang tidak dapat diproduksi oleh AS, seperti kelapa sawit, kakao, dan karet, akan mendapatkan tarif sebesar nol persen. ***