Mendag mengungkapkan, penurunan impor bulan September 2022 dibanding bulan sebelumnya terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang impor. Penurunan terdalam dialami oleh impor barang konsumsi yang nilainya turun 14,13 persen MoM, diikuti bahan baku/penolong yang turun 11,07 persen MoM dan barang modal yang turun 6,39 persen MoM.


Penurunan impor di September ini diduga akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang membuat impor menjadi semakin mahal. Selain itu, penurunan impor turut disebabkan oleh menurunnya konsumsi domestik sebagaimana tecermin dalam prakiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia yang terkontraksi 0,9 persen secara bulanan dan pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melemah menjadi 124,7 pada September 2022.


Barang konsumsi yang menurun signifikan antara lain daging hewan (HS 02) turun 19,56 persen dan susu, mentega, dan telur (HS 04) turun 33,30 persen. Sedangkan untuk barang modal yang impornya turun adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85) turun 11,45 persen dan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) turun 6,65 persen.


Sementara bahan baku/penolong yang turun adalah garam, belerang, batu dan semen (HS 25) turun 41,03 persen; pupuk (HS 31) turun 38,64 persen; besi dan baja (HS 72) turun 25,57 persen; aluminium dan barang daripadanya (HS 76) turun 24,06 persen; bahan bakar mineral (HS 27) turun 20,84 persen; serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) turun 16,72 persen.


Lebih lanjut Mendag menyampaikan, secara kumulatif, total impor pada periode Januari–September 2022 mencapai USD179,49 miliar, naik 28,93 persen dari Januari–September 2021 (YoY). Pertumbuhan impor tersebut didorong oleh naiknya impor nonmigas sebesar 21,68 persen dan melonjaknya impor migas sebesar 80,21 persen YoY.(fj)