Penurunan BI Rate ke 5,5 Persen: Angin Segar untuk Pasar Saham?

ilustrasi ihsg mengalami penguatan. Dok/Istimewa
EmitenNews.com -Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen dalam Rapat Dewan Gubernur pada Rabu (21/5/2025) menjadi langkah moneter yang penting di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil. Kebijakan ini dinilai sebagai sinyal akomodatif dari otoritas moneter untuk memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi nasional serta menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Pasar modal merespons positif. Penurunan suku bunga dipandang sebagai katalis yang dapat mendorong pergerakan indeks dan meningkatkan minat investor, terutama di sektor-sektor yang
sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan, properti, dan konstruksi. Sektor Keuangan dan Properti Jadi Unggulan Langkah BI ini membuka peluang bagi sektor keuangan untuk memperbesar margin bunga bersih seiring potensi penurunan suku bunga kredit.
Di sisi lain, sektor properti berpotensi terdorong oleh peningkatan minat masyarakat terhadap pembiayaan rumah seiring penurunan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Emiten-emiten seperti BBRI, BMRI, dan BSDE mulai diperhitungkan kembali oleh pelaku pasar.
Pembelian SBN Perkuat Likuiditas dan Sentimen Investor
Selain menurunkan suku bunga, BI juga menggelontorkan likuiditas melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp96,41 triliun. Intervensi ini ditujukan untuk menstabilkan pasar obligasi dan memperkuat sistem keuangan. Aksi ini memberikan kepastian likuiditas di pasar dan mempertegas sikap BI dalam menjaga stabilitas perekonomian domestik di tengah tekanan
eksternal.
Kebijakan ini dinilai memberikan efek ganda: menenangkan pasar obligasi sekaligus memperkuat kepercayaan investor terhadap kondisi makroekonomi Indonesia. Rupiah Menguat, Aliran Modal Asing Mulai Kembali Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan dalam beberapa hari terakhir, yang turut mendukung perbaikan sentimen di pasar saham. Stabilitas rupiah menjadi faktor penting bagi investor asing dalam mempertimbangkan kembali eksposur mereka ke aset Indonesia.
Data Bursa Efek Indonesia mencatat adanya arus masuk modal asing dalam dua hari terakhir yang mencapai lebih dari Rp1 triliun, dengan dominasi pada saham sektor keuangan dan konsumsi.
Tren IHSG dalam Sepekan Terakhir
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama satu minggu terakhir mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap kondisi domestik. Berikut data penutupan IHSG dalam periode 16–23 Mei 2025:
Tanggal | Penutupan IHSG | Perubahan Harian |
16 Mei 2025 | 7.106,53 | +0,94% |
19 Mei 2025 | 7.141,09 | +0,49% |
20 Mei 2025 | 7.094,60 | -0,65% |
21 Mei 2025 | 7.142,46 | +0,67% |
22 Mei 2025 | 7.166,98 | +0,34% |
23 Mei 2025 | 7.214,16 | +0,66% |
Secara keseluruhan, IHSG mencatat kenaikan 1,51% selama periode tersebut, mengindikasikan bahwa pasar tengah merespons positif arah kebijakan BI.
Outlook IHSG dan Sektor Potensial
Dengan kombinasi suku bunga yang lebih rendah, intervensi pasar obligasi, serta penguatan nilai tukar, IHSG dinilai memiliki ruang untuk terus menguat. Sektor-sektor yang dinilai memiliki
potensi penguatan mencakup:
• Perbankan dan jasa keuangan (BBRI, BMRI, BBNI)
• Properti dan konstruksi (BSDE, CTRA, WIKA)
• Barang konsumsi (ICBP, KLBF, MYOR)
Meski begitu, pelaku pasar tetap disarankan untuk mencermati risiko global seperti kebijakan moneter The Fed serta kondisi geopolitik regional yang bisa mempengaruhi volatilitas pasar dalam
waktu dekat.
Kebijakan penurunan BI Rate dan dukungan melalui pembelian SBN menunjukkan sikap aktif Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Sentimen positif mulai terasa di pasar
modal, terlihat dari penguatan IHSG dan masuknya dana asing. Dengan strategi yang tepat, investor memiliki peluang untuk memanfaatkan momentum pemulihan ini di tengah transisi kebijakan moneter nasional yang lebih longgar.
Related News

Obligasi FR: Jangan Beli Kalau Belum Baca Ini

Bagaimana AI Mengubah Investor Saham Lakukan Due Diligence dan Analisa

Di Antara Pilihan Investasi Saham atau Emas

Strategi Anti Panik : Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Lepas Saham

Dunia Lega, Indonesia Waspada: Dibalik Damainya Perang Dagang AS-China

Alokasi Dana Pembelian Saham Untuk Pemula