Data yang lebih menarik adalah hanya sekitar 25% yang memiliki akses ke perbankan. Sebagian besar, pelaku usaha kecil dan menengah. Artinya, hanya segelintir usaha mikro yang telah mendapatkan akses pembiayaan dari industri perbankan.

 

Dengan demikian ruang bank untuk ekspansi di segmen tersebut masih sangat lebar. Hal itu belum lagi ditambah dengan para pelaku usaha yang naik kelas dari ultra mikro ke mikro. Dengan begitu, Mohammad Faisal menilai wajar pertumbuhan kredit mikro masih positif dan semakin besar porsinya. 

 

Selain itu, kredit mikro bisa dibilang merupakan segmen yang lebih kebal terhadap kondisi ekonomi baik domestik, apa lagi global. Karena kebanyakan dari mereka bergerak di bisnis kebutuhan sehari-hari. Jadi, mereka tidak pernah kehilangan pasar dan selalu haus modal. 

 

Hal itu terlihat pula dari kinerja kredit mikro di tataran industri. Bank Indonesia (BI) memaparkan, kredit UMKM tumbuh 8,2% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1.332,9 triliun. Bila dirinci, segmen mikro tumbuh 25,7% yoy, kecil  terkoreksi 1,3% yoy, dan menengah terkoreksi 5,3% yoy. 

 

Sepanjang 2023, hingga September, segmen mikro bisa dikatakan merupakan motor pertumbuhan kredit UMKM. Pun rasionya sudah membesar dan mencapai 45,48%. Sebagai perbandingan, per Desember 2022, rasio kredit mikro terhadap penyaluran dana ke UMKM sebesar 40,07%. ***