EmitenNews.com - PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar +7,96% YoY (-6,1% QoQ) di semester I 2021 menjadi Rp 6,67 triliun. Namun beban pokok pendapatan meningkat sebesar +6,46% YoY karena volume penjualan yang lebih tinggi.


Bahan bakar dan listrik berkontribusi 43% terhadap biaya produksi di 1H21. Untuk menjaga biaya, INTP meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dan menggunakan porsi LCV yang lebih tinggi.


Laba kotor tumbuh +11.39% YoY menjadi Rp2,09 triliun. Biaya transportasi yang lebih rendah membuat beban usaha tetap utuh, sehingga pendapatan usaha tumbuh +69,9% menjadi Rp 641,7 miliar.


Dengan hasil tersebut laba bersih INTP meningkat +24,8% YoY (-33,0% QoQ) menjadi Rp 586,6 miliar. NPM meningkat menjadi 8,8% di 1H21 vs 7,6 di 1H20.


Total volume penjualan INTP adalah 8,19 juta ton di 1H21, atau naik 11,3% YoY (7,97 juta ton di dalam negeri dan 0,2 juta ton di ekspor). INTP melanjutkan rekor penjualan yang baik di bulan Agustus dengan menjual 1,5 juta ton semen di dalam negeri (+0,5% YoY, +7,7% MoM). Hal ini membawa kumulatif volume penjualan semen domestik 8M21 menjadi 10,4 juta ton, meningkat +3% YoY.


Analis aset Phillip Sekuritas, Helen, mencatat konsumsi semen Indonesia meningkat +2,5% YoY menjadi 5,99 juta ton pada Agustus 2021. Pada periode Januari-Agustus 2021, permintaan mencapai 40,50 juta ton, naik +5,7% YoY.


"Kenaikan tersebut dilaporkan di seluruh Indonesia, kecuali Bali dan Nusa Tenggara, di mana konsumsi turun -3,5% YoY menjadi 2,23 juta ton," katanya seperti disampaikan ke emitennews.com Kamis (14/10).


Sulawesi mengalami kenaikan permintaan terbesar, yakni +28,5% YoY. Meskipun demikian Jawa tetap menjadi pasar regional terbesar dengan menyumbang 53,3% dari konsumsi, atau 21,6 juta ton, +3,4% YoY.


"Kami memperkirakan permintaan semen akan meningkat pada semester kedua tahun ini, didukung oleh infrastruktur dan proyek-proyek swasta. Terutama sektor perumahan yang mendapat manfaat dari insentif PPN untuk rumah baru, suku bunga yang lebih rendah dan relaksasi LTV/FTV," katanya.


Diakui Helen biaya energi yang lebih tinggi karena harga batu bara mencapai rekor memberikan tekanan pada margin di tengah periode pertumbuhan permintaan semen yang baik. Namun Phillip Sekuritas meyakini perusahaan akan mencoba untuk mengurangi kenaikan biaya dengan menggunakan lebih banyak bahan bakar alternatif dan porsi yang lebih tinggi dari batubara yang bernilai kalori rendah.


"Kami memperbarui cakupan kami dengan peringkat BELI pada harga Rp 13.000 dengan potensi kenaikan +18,9%, yang menyiratkan 23,8x Rasio P/E FY22F," kata Helen.


Risiko utama dari rekomendasi tersebut adalah kenaikan harga komoditas, kelebihan kapasitas dan persaingan yang ketat.(fj)