Pertimbangkan Inflasi dan Penyebaran Covid di China, Indeks Saham Asia Dibuka Turun
EmitenNews.com - Mayoritas indeks saham di Asia pagi ini Senin (25/10) dibuka turun. Karena investor mempertimbangkan risiko inflasi dan mencerna penyebaran virus Covid-19 di Tiongkok serta mengantisipasi rilis laporan keuangan dari 5 perusahaan raksasa teknologi (Amazon, Apple, Facebook, Microsoft, Twitter) minggu ini.
Akhir pekan lalu, indeks saham utama Wall Street ditutup variatif (mixed). DJIA mencatatkan rekor level penutupan tertinggi pertama sejak tanggal 16 Agustus, sementara S&P 500 dan NASDAQ mencatatkan penurunan, terseret oleh pelemahan harga saham di sektor jasa komunikasi dan teknologi.
"Pada hari Jumat, investor mencerna komentar tentang pengurangan (tapering) program pembelian aset dan inflasi dari ketua bank sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell dalam sebuah acara virtual yang di selenggarakan oleh bank sentral Afrika Selatan," kata analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Powell berpendapat bahwa pemulihan ekonomi AS tampak cukup kuat untuk menghadapi pengurangan (tapering) paket stimulus moneter paling cepat bulan depan. "Powell memberi indikasi tapering tidak akan mengganggu pemulihan di pasar tenaga kerja di mana 5 juta orang masih menganggur di banding dengan periode sebelum pandemi," tambahnya.
Mengenai inflasi, Powell mengatakan inflasi saat ini berada di atas target the Fed, namun masalah pada rantai pasok global yang telah mendorong lonjakan harga-harga akan mereda seiring berjalannya waktu.
Dari sisi makroekonomi, investor pada hari Jumat mencerna rilis perhitungan awal (flash) data IHS Markit Composite PMI AS yang mencatatkan kenaikan ke level 57.3 di bulan Oktober dari level 55.0 pada bulan sebelumnya.
Perhitungan awal data Services PMI AS naik ke level 58.2 dari level 54.9 di bulan September dan berada di atas ekspektasi pasar, 55.2.
Sebaliknya, perhitungan awal (Flash) data Manufacturing PMI AS turun ke level 59.2, terendah sejak Maret dari level 60.7 di bulan September dan berada di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 60.3. Ini adalah penurunan selama 3 bulan beruntun oleh Manufacturing PMI setelah mencapai puncak tertingginya di bulan Juli.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah kembali melanjutkan kenaikan pada hari Jumat namun berakhir datar (flat) secara mingguan seiring dengan mulai redanya lonjakan harga batubara dan harga gas alam.
Saudi Arabia mengatakan aliansi OPEC+ harus tetap bersikap hati-hati dalam mengelola pasokan minyak mentah global mengingat pandemik COVID-19 masih memberi ancaman pada permintaan minyak. Sikap yang konservatif ini juga di suarakan oleh Nigeria dan Azerbaijan.
Untuk perdagangan hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG cenderung bergerak bearish dengan support-resistance di rentang 6.600-6.670. Adapun data teknikal saham yang direkomendasikan sebagai berikut.
WIKA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1,340
Target Price 1 : 1,470
Target Price 2 : 1,600
Stop Loss : 1,290
PTPP
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1,270
Target Price 1 : 1,370
Target Price 2 : 1,480
Stop Loss : 1,215
CARE
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 450
Target Price 1 : 470
Target Price 2 : 495
Stop Loss : 435
RALS
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 750
Target Price 1 : 780
Target Price 2 : 815
Stop Loss : 730.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha