EmitenNews.com - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Doddy Rahadi menjelaskan, Program Magang Nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto terbukti mendapat antusiasme luar biasa. Hingga batch tiga, program magang nasional ini diproyeksikan menyerap lebih dari 104 ribu peserta, dengan di antaranya kontribusi dari Kemenperin dalam mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

Doddy menyampaikan, program magang ini memberikan pengalaman kerja bagi lulusan tahun pertama (fresh graduate) yang akan mendapatkan uang saku setara Upah Minimum Provinsi (UMP) di masing-masing daerah. Program ini menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesiapan lulusan sekaligus memperkuat ekosistem industri.

“Kolaborasi lintas kementerian dan dunia usaha menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam memastikan kebutuhan tenaga kerja industri dapat dipenuhi secara optimal,” ujarnya.

Selain itu, BPSDMI juga memperkuat penyiapan tenaga kerja terampil untuk pasar global melalui kerja sama dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Doddy mencontohkan, pelatihan yang melibatkan 200 welder dari Indonesia telah bekerja di Slovakia dengan potensi pendapatan mencapai Rp90 juta per bulan.

Doddy menilai, pekerja migran terampil harus mampu menjadi motor pembentuk wirausaha industri ketika kembali ke Indonesia. “Kami selalu mengingatkan agar pendapatan yang mereka peroleh dikelola dengan baik dan disisihkan sebagai modal usaha ketika kembali ke tanah air,” imbuhnya.

Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta, salah satu unit kerja di bawah BPSDMI ini bekomitmen untuk terus memperkuat diri sebagai pusat unggulan pengembangan SDM industri. Sejalan dengan amanat Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 2 Tahun 2022, BDI Yogyakarta memiliki mandat strategis untuk menyiapkan tenaga kerja kompeten di sektor plastik, alas kaki, furnitur, tekstil dan produk tekstil, serta alat kesehatan.

Kepala BDI Yogyakarta Kunto Purwo Widagdo menjelaskan, lembaganya memiliki visi menjadi Center of Excellences dalam penyiapan SDM industri kompeten pada tahun 2029. Visi ini diwujudkan melalui pengembangan ruang lingkup pelatihan berskala internasional, penyelenggaraan diklat profesional berbasis kompetensi, serta penguatan kapasitas kelembagaan yang didukung teknologi dan SDM yang andal.

“Kami terus memperluas kemitraan dengan industri dan lembaga pemerintah untuk memastikan seluruh program pelatihan benar-benar menjawab kebutuhan sektor manufaktur yang sedang berkembang pesat,” ungkapnya.

BDI Yogyakarta saat ini menyelenggarakan pelatihan vokasi industri yang dirancang dalam skema skilling, upskilling, dan reskilling untuk mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di sektor industri. Pelatihan dilaksanakan melalui rangkaian proses yang meliputi rekrutmen peserta, penyelenggaraan pelatihan dan sertifikasi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), hingga fasilitasi penempatan kerja di perusahaan mitra. BDI juga menerapkan tracer study untuk memastikan kualitas lulusan terukur dan relevan.(*)