EmitenNews.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi barometer utama kinerja pasar modal Indonesia. Setelah melewati berbagai tantangan global dan domestik, prospek IHSG ke depan terlihat semakin cerah. Ada tiga faktor utama yang mendukung optimisme ini. Berikut penjelasan lengkapnya.

  1. Danantara Sebagai Liquidity Provider : Stabilitas Pasar yang Lebih Terjamin

Kehadiran Danantara, super holding BUMN yang mengelola aset hingga sebesar USD900 miliar atau setara dengan 15 ribu triliun rupiah, menjadi salah satu alasan kuat mengapa prospek IHSG cerah. Peran ini memungkinkan Danantara untuk menjadi penyedia likuiditas (liquidity provider) untuk menjaga stabilitas pasar dengan menyediakan dana yang sangat besar untuk transaksi saham, terutama saat volatilitas tinggi.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menegaskan bahwa langkah ini bertujuan memperkuat investasi domestik dan menjaga kestabilan pasar modal tanah air. Dengan kapasitas keuangan yang besar, Danantara dapat menjadi penyangga saat terjadi tekanan jual besar-besaran di pasar saham. Langkah ini tidak hanya memberikan rasa aman bagi investor institusional dan ritel, tetapi juga menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih sehat.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, juga mendukung inisiatif ini. Menurutnya, pasar modal adalah etalase ekonomi Indonesia yang harus dijaga agar tetap menarik bagi investor. Dengan Danantara sebagai pemasok likuiditas, investor akan lebih percaya diri untuk berinvestasi di IHSG. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas perdagangan dan memperkuat posisi IHSG sebagai indikator ekonomi nasional.

  1. BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Eksposur Investasi Saham

Faktor kedua yang mendukung prospek cerah IHSG adalah rencana BPJS Ketenagakerjaan untuk menggandakan eksposur investasinya di saham hingga 20% dalam tiga tahun ke depan. Saat ini, porsi investasi BPJS Ketenagakerjaan di saham berada di angka 6,81% dari total dana kelolaan sebesar Rp798,3 triliun per Maret 2025. Meski masih jauh dari batas maksimum 50% yang diizinkan oleh regulasi, langkah ini menunjukkan komitmen BPJS untuk memanfaatkan peluang di pasar saham.

Deputi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan, Oni Marbun, menjelaskan bahwa koreksi pasar global memberikan peluang untuk berinvestasi pada saham-saham dengan fundamental kuat yang sedang undervalued. Dengan investasinya di saham meningkat, ini akan menjadi katalis positif bagi IHSG. Mayoritas investasi mereka ditempatkan pada saham-saham di indeks LQ45 atau IDX30 yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi, sehingga dampaknya terhadap indeks akan signifikan.

Langkah ini juga menunjukkan kepercayaan institusi besar terhadap prospek ekonomi Indonesia. Dengan masuknya dana segar dari BPJS Ketenagakerjaan ke pasar saham, likuiditas akan meningkat dan tekanan jual dapat diredam. Ini memberikan sinyal positif kepada investor lain bahwa pasar saham Indonesia memiliki fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan jangka panjang.

  1. Kebijakan Buyback Saham Tanpa RUPS

Kebijakan buyback saham tanpa perlu persetujuan RUPS yang diterbitkan oleh OJK menjadi faktor ketiga yang memperkuat prospek IHSG. Kebijakan ini memungkinkan emiten untuk membeli kembali saham mereka dengan lebih cepat dan efisien saat harga saham dianggap undervalued atau ketika terjadi tekanan jual besar-besaran di pasar.

Buyback saham seringkali dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan nilai perusahaan sekaligus memberikan sinyal positif kepada investor bahwa manajemen percaya pada prospek bisnis mereka. Dengan kebijakan baru ini, perusahaan tidak lagi terhambat oleh proses birokrasi panjang seperti persetujuan RUPS sehingga dapat bertindak lebih responsif terhadap dinamika pasar.

Menurut penelitian akademik, meskipun dampak langsung terhadap abnormal return mungkin tidak signifikan secara statistik, pengumuman buyback tetap memberikan sentimen positif bagi pasar. Investor cenderung melihat buyback sebagai upaya perusahaan untuk menjaga harga saham tetap stabil dan menarik bagi pemegang saham lama maupun baru. Dalam skala makro, kebijakan ini membantu menjaga stabilitas IHSG dengan mencegah penurunan harga saham secara drastis akibat aksi jual panik.

Kesimpulan

Dengan adanya tiga faktor utama ini—Danantara sebagai liquidity provider, peningkatan eksposur BPJS Ketenagakerjaan ke saham, dan kebijakan buyback tanpa RUPS—prospek IHSG terlihat semakin cerah. Kombinasi antara stabilitas likuiditas, peningkatan permintaan dari institusi besar, dan kebijakan proaktif dari regulator menciptakan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan pasar modal Indonesia.

Bagi investor ritel maupun institusional, kondisi ini merupakan peluang emas untuk memanfaatkan momentum positif di pasar saham tanah air. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan fundamental ekonomi yang solid, IHSG memiliki potensi besar untuk terus mencetak kinerja terbaiknya dalam beberapa tahun ke depan.