EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyudahi perdagangan kemarin dengan susut 0,27 persen menjadi 6.831. Pelemahan itu, mulai terbatas di tengah inflasi Amerika Serikat (AS) melambat, dan proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan September 2024 mendatang.

Sementara World Bank merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5 persen, naik dari sebelumnya hanya 4,9 persen. Itu didorong pertumbuhan konsumsi swasta kuat, inflasi rendah, penurunan biaya pinjaman, dan pasar tenaga kerja kuat. 

Beberapa sektor mengalami pelemahan di antaranya sector basic materials minus 0,73 persen, sector transportation susut 0,26 persen, dan sector properties anjlok 0,23 persen. Investor asing membukukan net sell di pasar reguler Rp879,21 miliar dengan saham paling banyak jual BBRI, BMRI, dan BBCA.

Secara teknikal, Research Team Reliance Sekuritas mengatakan, IHSG masih tertahan di level MA5 dan melanjutkan konsolidasi di level support, sementara indicator MACD dan stochastic masih bergerak di area deathcross. Beberapa saham yang memiliki potensi naik untuk perdagangan hari ini yaitu: ASII, PGAS, PTBA, MIDI, BBRI,  JPFA.

Sementara itu dari bursa US, ketiga indeks utama ditutup mixed dan mayoritas menguat didorong oleh data initial jobless claims yang mengalami peningkatan menjadi 242 ribu claims dari sebelumnya sebesar 229 ribu sehingga meningkatkan optimisme pada pemangkasan suku bunga di tengah ketenaga kerjaan yang kembali tertekan.

Dari bursa Asia, pada pagi ini telah diperdagangkan mixed, saat laporan ini ditulis indeks Nikkei 225 diperdagangkan melemah (-0.13%). Sementara, index Kospi diperdagangkan menguat (+0.43%). Pasar akan mencermati keputusan BoJ dimana consensus memperkirakan suku Bunga akan dipertahankan di level 0.1%.

Kemudian dari dalam negeri, IHSG berpotensi diperdagangkan mixed cenderung menguat didorong mengikuti sentiment bursa regional dan rupiah yang mengalami apresiasi. Kami perkirakan IHSG akan bergerak pada rentang  6800 – 6890.