Riset LPEM UI, Kelas Menengah Menyusut Ekonomi Melambat

Ilustrasi logo Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI). Dok. LPEM FEB UI.
EmitenNews.com - Ekonomi Indonesia melambat yang dipengaruhi sejumlah faktor. Di antaranya, tergerusnya daya beli, menyusutnya kelas menengah dan menurunnya produktivitas sektoral. Demikian hasil kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) saat merilis Trade and Industry Brief Vol VIII No. 2.
Mengutip informasinya Selasa (10/6/2025), Tim peneliti LPEM FEB UI menilai Indonesia menunjukkan gejala perlambatan ekonomi, yang diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Di antaranya, tergerusnya daya beli, menyusutnya kelas menengah dan menurunnya produktivitas sektoral. Hal itu juga tercermin dalam dinamika industri dan ketenagakerjaan sejak awal 2025.
Data Badan Pusat Statistik pada Februari 2025 menunjukkan, dari 216,79 juta penduduk usia kerja di Tanah Air, 153,05 juta atau sekitar 70,60% merupakan angkatan kerja.
Dari 153,05 juta angkatan kerja itu, sebanyak 145,77 juta atau sekitar 95,24% merupakan pekerja.
Walaupun angka pekerja terlihat cukup tinggi, sekitar 96,48 juta atau 66,19% merupakan pekerja penuh dan sementara sedang tidak bekerja serta 49,29 juta orang atau sekitar 33,81% bukan pekerja penuh.
Dalam penelitiannya, Tim mengemukakan, hal ini disebabkan oleh sektor industri manufaktur yang menjadi tulang punggung penyerap tenaga kerja menghadapi tantangan deindustrialisasi prematur. Yakni menurunnya kontribusi terhadap PDB, tenaga kerja yang menurun dan produktivitas stagnan.
Di sisi lain, sektor pertanian masih menghadapi berbagai tantangan. Antara lain, meliputi ketersediaan input, teknologi, logistik dan pembiayaan, serta persaingan dengan komoditas impor dan praktek perdagangan internasional yang tidak sehat.
Hasil penelitian LPEM FEB UI juga menunjukkan, mayoritas angkatan kerja Indonesia adalah lulusan pendidikan menengah kebawah. Kendati demikian, sebagian besar kebijakan ekonomi dan industri nasional belum menyasar kelompok tersebut dengan strategis.
Tim peneliti memetakan sektor-sektor yang paling efektif dalam menciptakan pekerjaan untuk kelompok berpendidikan rendah-menengah. Yakni, 75,2% tenaga kerja atau sekitar 108,8 juta orang terkonsentrasi di lima sektor ekonomi.
Paling banyak di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 40,76 juta orang. Kemudian, perdagangan, industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makanan-minuman, serta konstruksi.
Kelima sektor tersebut juga paling banyak menampung pendidikan rendah dan menengah. Yakni menampung 87,5% tenaga kerja lulusan SLTP atau lebih rendah dan menampung 73.47 % tenaga kerja lulusan SLTA.
Lulusan SLTA juga banyak tertampung di sektor transportasi dan pergudangan 6,47% serta administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 4,76%. ***
Related News

Menko AHY Ungkap Lima Prioritas Utama Pembangunan Infrastruktur

Kewajiban Neto Investasi Internasional Indonesia Turun USD21,2 Miliar

Harga Emas Antam Hari ini Naik Rp18.000 per Gram

MIND ID Ganti Tiga Direktur, Pertahankan Dirut Maroef Sjamsoeddin

Merespon Polri, Bahlil Ingin Soal Tambang Papua Selesai Secara Adat

Pemerintah Kembali Tarik Rp10 Triliun dari Lelang Sukuk, Selasa (10/6)