Saham AYAM: Siap-siap Beli Besar! Ini Target Harga Barunya
Ilustrasi saham - Foto: emitennews
EmitenNews.com -PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM) menetapkan arah strategis yang prospektif untuk tahun 2026, berfokus pada penguatan unit bisnis layer komersial (ayam petelur) dan ekspansi kapasitas breeding (pembibitan). Strategi ini didukung penuh oleh momentum kebijakan pemerintah, terutama melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diproyeksikan akan mendongkrak permintaan protein hewani nasional.
Pergeseran fokus ini dilakukan untuk menangkap unit usaha yang dinilai lebih stabil dan berpotensi memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan perusahaan. Direktur Utama Perseroan, Sri Mulyani, menegaskan komitmen perusahaan untuk memanfaatkan potensi besar di sektor layer komersial, mengingat kontribusinya yang stabil dan kebutuhan telur nasional yang terus meningkat.
Perseroan merencanakan alokasi belanja modal (CAPEX) sekitar Rp130 miliar di tahun 2026. Anggaran tersebut akan diarahkan terutama untuk pengembangan unit layer komersial dan peningkatan kapasitas breeding (pembibitan).
Rencana pembangunan hatchery (penetasan) akan direalisasikan di Kulonprogo/DIY pada tahun 2026 untuk mendukung breeding dan Grand Parent Stock (GPS). Dengan hatchery sendiri, Perseroan berharap dapat mencapai efisiensi yang lebih tinggi untuk DOC final stock dan parent stock.
Melihat potensi yang prospektif, Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur International Federation of Technical Analyst (IFTA) Indrawijaya Rangkuti mengatakan, secara teknikal saham AYAM mulai masuk pembelian besar di awal november 2025, yang dimana di akhir Oktober adanya penjualan yang cukup significant. hampir 10x jumlah pembelian saham AYAM di awal November 2025. Menurut Indra, Support saham AYAM ada di level 268-310 dengan Resistance di level 436-615 (target kuartal 1 2026).
Sementara itu, secara fundamental riset dari NH Korindo Sekuritas Indonesia menyebut kedepannya, AYAM akan fokus pada efisiensi pakan dengan menjalin joint venture dan kolaborasi jangka panjang. Perusahaan juga menargetkan lebih banyak kolaborasi untuk efisiensi operasional yang lebih tinggi karena memiliki rekam jejak yang solid, seperti Joint Venture (JV) dengan perusahaan Eropa De Heus Indonesia untuk membentuk kandang Grand Parent Stock (GPS) berteknologi canggih.
AYAM berada pada posisi strategis untuk memanfaatkan momentum saat ini karena merupakan salah satu produsen unggas utama yang dimiliki secara lokal. Sedangkan CPIN dan JPFA dimiliki asing meskipun masih memegang mayoritas pangsa pasar.Status kepemilikan lokalnya berarti mendapatkan keuntungan dalam menangkap pangsa yang cukup besar dari kontrak pemerintah dan yang terkait dengan pemerintah. MBG diantisipasi akan melayani 82,9 juta penerima dengan unggas dan telur menjadi komponen kunci dalam menu mereka.
Senada, Riset Sinarmas Sekuritas menyatakan bahwa Integrasi end-to-end (dari pembibitan hingga distribusi daging olahan) memungkinkan pasokan DOC yang stabil, efisiensi biaya yang lebih baik, dan jaminan kualitas yang ditingkatkan di setiap tahap produksi. Kerangka kerja ini mendasari posisi kompetitif AYAM dalam lanskap unggas Indonesia yang terfragmentasi.
"Dengan MBG yang sepenuhnya diluncurkan, rencana ekspansi 323 fasilitas unggas secara nasional, dukungan dari program investasi skala besar, dan pola konsumsi yang meningkat, sektor unggas Indonesia diposisikan untuk pertumbuhan berkelanjutan. Model terintegrasi AYAM dan jejak strategis di Jawa menempatkan perusahaan pada posisi yang menguntungkan untuk menangkap permintaan," tulis Riset Sinarmas Sekuritas.
Sedangkan riset Phintraco Sekuritas menyatakan, AYAM menilai bahwa implementasi penuh program Makan Bergizi Gratis (MBG) di tahun 2026 dengan penerima manfaat mencapai 82.9 juta penerima dapat menstabilkan permintaan ayam dan telur. Disisi lain, anggaran sebesar Rp20 triliun yang disiapkan oleh Danantara untuk sektor pangan dan peternakan juga menjadi sentimen positif bagi sektor poultry kedepannya. AYAM berada pada posisi yang strategis dalam memanfaatkan momentum ini, mengingat AYAM merupakan salah satu perusahaan perunggasan yang dimiliki secara lokal, yang berpotensi memberikan keunggulan dalam memperoleh kontrak/kerjasama dalam program pemerintah. Hingga saat ini, AYAM telah mensuplai beberapa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pada program MBG di Yogyakarta dan Jawa Tengah (Yogyakarta 2 Kabupaten, Jawa Tengah 1 Kabupaten). Perseroan melaporkan bahwa pembayaran dari program MBG pemerintah berjalan dengan lancar dan optimal.
Senada dengan berbagai riset lainnya, Ajaib Sekuritas menilai Memasuki 2026, prospek pemulihan industri dan momentum struktural diperkirakan memperkuat outlook AYAM. Perseroan memprioritaskan penguatan kapasitas GPS/PS dan layer, peningkatan kinerja RPA dan produk olahan, serta perluasan infrastruktur cold chain untuk memperkuat hilirisasi. Kolaborasi dengan perusahaan pakan, logistik, dan distributor luar Jawa menjadi strategi kunci untuk mereduksi ketimpangan distribusi nasional.
“Dengan proyeksi konsumsi daging ayam nasional mencapai 14–15 kg/kapita pada 2026, dukungan penuh program MBG, serta potensi ekspansi ke wilayah seperti Kalimantan, AYAM berada pada posisi strategis untuk menangkap pertumbuhan permintaan protein hewani. Meski risiko jangka pendek seperti fluktuasi harga pakan, siklus harga ayam, dan risiko kesehatan unggas tetap ada, model bisnis terintegrasi dan arah strategi Perseroan memberi landasan bagi pemulihan kinerja dan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dalam jangka menengah. Saat ini, valuasi Perseroan berada di level 4,9x price to sales (TTM) (CPIN: 1,1x; JPFA: 0.5x),” tulis riset Ajaib Sekuritas.
Related News
Gagal Bayar, Surat Utang WIKA Sandang Label idD
VTNY Ungkap Pinjaman dari Symbiotics USD5 Juta
ASLC Perkuat Penetrasi Pasar Mobkas dengan Ekosistem Terintegrasi
Inilah Entertainment dan Commerce Berbasis AI di 1 Ekosistem IRSX
Lego 825 Juta Sama IMPC, Harimas Dulang Rp2,28 Triliun
Kepercayaan Investor Nomor Satu! KLBF Gelar Buyback Rp250 Miliar





