EmitenNews.com - Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) kembali melanjutkan rally-nya sepanjang pekan lalu dengan kenaikan hingga 4,25% ke level 1.350 dari posisi pekan sebelumnya. Pencapaian ini juga menunjukkan BBTN sanggup nanjak selama tiga pekan berturut-turut.

Kinerja saham BBTN pada pekan lalu outperformed terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah -1,49% dan indeks LQ45 yang turun -0,86%. Saham BBTN juga lebih baik terhadap peers emiten sektor keuangan (IDX Finance) yang naik 2,20%. 

 

Kenaikan harga pada pekan lalu disertai lonjakan aktivitas perdagangan saham BBTN. Dari sisi volume, nilai transaksi, dan frekuensi rata-rata meningkat lebih dari 20% dibandingkan dengan pekan sebelumnya. 

Catatan tersebut memperpanjang geliat perdagangan saham BBTN dalam dua pekan terakhir di mana pada pekan lalu volume dan nilai perdagangan naik hingga 90%. Di samping itu, investor asing juga mencatat Net Buy sebesar Rp35 miliar, meningkat dari beli bersih pada pekan lalu sebesar Rp26,27 miliar. 

 

Hal menarik lainnya, BBTN juga mencatat jumlah pemegang saham sebesar 56,629 per Desember 2023, naik 15,04% dibandingkan posisi Desember 2022. Hal ini menandai optimisme pelaku pasar terhadap prospek bank spesialis KPR ini. 

Rally saham BBTN dipicu banyak faktor. Mulai dari rencana inovasi produk KPR dengan tenor hingga 35 tahun, perkembangan terbaru akuisisi bank yang akan digabungkan dengan unit usaha  syariah, alokasi belanja IT  hingga penyelesaian kredit bermasalah. 

 

Sementara itu, dari sisi makro, BBTN dianggap bakal menikmati keuntungan terbesar apabila bank sentral mulai menggunting suku bunga acuan, sejalan dengan data  inflasi yang mulai landai. Suku bunga yang lebih rendah akan menggairahkan permintaan pembiayaan properti.    

Terkait wacana tenor KPR hingga 35 tahun, Dirut BTN Nixon LP Napitupulu menilai skema tersebut membuka kesempatan bagi generasi muda untuk memiliki rumah. Menurutnya inovasi ini dapat menjadi jawaban bagi milenial dan generasi z yang ragu membeli rumah maupun investasi properti untuk masa yang akan datang. 

 

Chief Economist BTN Winang Budoyo BTN mengusulkan agar skema KPR jangka waktu 35 tahun menggunakan suku bunga berjenjang. Skema ini akan menguntungkan pihak bank dan nasabah. 

Skema suku bunga berjenjang yang dimaksud adalah suku bunga akan dinaikkan secara bertahap setelah melewati periode tertentu. Winang mengusulkan kenaikan bertahap dilakukan dalam jangka waktu 10 tahun.

 

Terkait rencana merger, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengonfirmasi bahwa BTN dan Bank Muamalat telah melakukan komunikasi dengan regulator. 

Rumor beredar di pasar menyebutkan korespondensi kedua pihak sejatinya sudah  terjalin erat. Maksudnya, BBTN telah mengirimkan surat pernyataan minat ke BPKH selaku pemegang saham pengendali Bank Muamalat. Dan BPKH pun sudah merespon surat tersebut.