EmitenNews.com - Perusahaan Sekuritas milik Korea PT Mirae Asset Sekuritas Indonesian menetapkan prediksi IHSG ke 7.585 hingga akhir tahun sehingga masih memiliki ruang penguatan dibandingkan posisi sekarang di kisaran 7.100, seiring dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh pelaku bisnis dan emiten.

Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mengatakan prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersebut terutama karena didasari pertimbangan makroekonomi terkini terkait ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang lebih terbatas dan posisi nilai tukar Rupiah.

 

"Dengan prediksi tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham pilihan (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM," ujarnya dalam Investor Network Summit 2024 by Mirae Asset, 03 Juli 2024.

Di dalam acara bertemakan Maintaining Growth: Indonesia's Economic Outlook Amidst Challenging Global Environment itu, Rully mengatakan penyesuaian top picks tersebut dilakukan dengan memasukkan BMRI dan TLKM untuk menggantikan ANTM dan HRUM.

 

Penyesuaian itu, lanjutnya, perlu dilakukan di tengah volatilitas pasar yang cukup tinggi sehingga perlu lebih selektif dalam pemilihan saham berkapitalisasi pasar besar dan berfundamental kuat.

Volatilitas tersebut ditunjukkan oleh arus keluar modal asing dari pasar modal (foreign nett sell) sebesar US$2,8 miliar di mana US$2,7 miliar dalam bentuk obligasi pemerintah dan USD600 juta dalam bentuk saham dan efek ekuitas lain sejak awal tahun hingga 24 Juni 2024.

 

Acara tersebut merupakan paparan evaluasi dan proyeksi makroekonomi dan pasar modal untuk tahun ini yang disampaikan Mirae Asset untuk nasabah dan publik setiap semester. Dalam kesempatan kali ini, turut hadir CEO Mirae Asset Tae Yong Shim dengan pembicara Senior Deputi Gubernur Bank Indonesia Destry Damayanti, dan Managing Director & CFO PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Vera Eve Lim.

Terkait makroekonomi, Rully masih optimistis kondisi Indonesia akan positif dan memprediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).

 

Di tengah situasi yang penuh tantangan, dia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10%-12%. Kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.

"Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia menjadi 5,01% pada 2024 dan 5,02% pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya."

 

Perekonomian global pada semester II/2024, lanjut Rully, diprediksi akan ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Untuk AS, dia juga meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam akan moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.

Sebagai faktor lain, dia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan geopolitik di daerah lain, lanjutnya, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.