EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,37 persen menjadi 8.227. Itu terjadi setelah sempat melemah hingga level 8.133, dan menyentuh level intraday tertinggi baru 8.288. Saham sektor keuangan mencatat koreksi terbesar, dan saham sektor transportasi membukukan kenaikan terbesar. 

Rupiah di pasar spot melemah tipis ke level Rp16.573 per dolar Amerika Serikat (USD). Mayoritas indeks bursa Asia ditutup melemah akibat sentimen negatif menyusul eskalasi perang dagang antara AS-Tiongkok kembali memanas. Ketegangan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor tambahan 100 persen terhadap Tiongkok mulai 1 November 2025. 

Sementara itu, data ekspor Tiongkok September 2025 tumbuh 8,3 persen YoY dari Agustus 2025 di kisaran 4,4 persen YoY, lebih tinggi dari perkiraan 6 persen YoY. Untuk impor juga meningkat 7,4 persen YoY dari 1,3 persen YoY, dan hasil itu atas konsensus 1,5 persen YoY. 

Sementara itu, investor Eropa akan mencermati data unemployment rate Inggris edisi Agustus 2025 diperkirakan stabil di level 4,7 persen. Sedang Jerman akan merilis data ZEW Economic Sentiment Index Oktober 2025 diperkirakan naik di level 40.5 dari episode September 2025 di posisi 37.3.

Secara teknikal, indikator Stochastic RSI mendekati area overbought, dan histogram positif MACD menyempit. Namun, indeks masih bertahan di atas level MA5 di kisaran 8.214. Sehingga diperkirakan dalam jangka pendek indeks cenderung bergerak sideways pada kisaran 8.100-8.300. 

Berdasar data dan fakta tersebut, Phintraco Sekuritas menyarankan para investor untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Midi Utama (MIDI), Bumi Resources (BUMI), Summer Alfaria alias Alfamart (AMRT), Central Omega (DKFT), dan London Sumatera  alias Lonsum (LSIP). (*)