Di tengah cita-cita yang begitu besar dan idam-idamkan, kita perlu suasana kebersamaan, persatuan, kolaborasi kerja sama, bukan cekcok yang berkepanjangan. Kita perlu pemimpin-pemimpin yang tidak caci maki, yang arif, bijaksana, mengerti dan cinta budaya dan sejarah bangsa sendiri yang bangga dengan adab tradisi dan adat bangsa kita sendiri. 

Kita dari sejak dahulu memikirkan kehendak dari para pendiri bangsa kita ingin menjadi bangsa yang berdemokrasi, kita menempatkan kedaulatan rakyat setinggi-tingginya nya dalam dasar negara kita Pancasila kerakyatan merupakan sendi utama dari kelima sila yang kita junjung tinggi. 

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kita menghendaki kehidupan demokrasi tapi marilah kita sadar bahwa demokrasi kita harus demokrasi yang khas untuk Indonesia, yang cocok untuk bangsa kita, demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita, demokrasi kita harus demokrasi yang santun, demokrasi dimana berbeda pendapat harus tanpa permusuhan. 

Demokrasi dimana mengoreksi harus tanpa caci maki bertarung tanpa membenci bertanding tanpa berbuat curang, demokrasi kita harus demokrasi yang menghindari kekerasan, adu domba, hasut menghasut, harus yang sejuk, demokrasi yang damai, demokrasi yang menghindari kemunafikan. 

Hanya dengan persatuan dan kerja sama kita akan mencapai cita-cita para leluhur, bangsa yang gemah ripah loh jinawi totro tentrem kertoraharjo bangsa yang baldatun toyyibatun warabbun gafur, bangsa dimana rakyat cukup sandang, pangan, papan, cita-cita kita adalah melihat wong cilik iso gemuyu wong cilik bisa senyum bisa tertawa. 

Kita harus ingat bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adl kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat kita menjalankan kekuasaan harus utk kepentingan rakyat. Kita harus selalu ingat setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat, pekerjaan kita harus untuk rakyat. 

Bukan, bukan, bukan kita bekerja untuk diri sendiri. Bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin-pemimpin kita. Pemimpin yang harus bekerja untuk rakyat. Kita harus mengerti selalu sadar selalu bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa dimana rakyatnya merdeka, rakyat harus bebas dari ketakutan bebas dari kemiskinan bebas dari kelaparan bebas dari kebodohan bebas dari penindasan bebas dari penderitaan. 

Saudara-saudara sekalian, masih ada saudara-saudara kita usianya di atas 70 tahun masih menarik becak, ini bukan ciri-ciri bangsa yang merdeka. Hanya kalau kita bisa wujudkan keadaan dimana rakyat sungguh merasa dan menikmati kemerdekaan baru kitab oleh sungguh-sungguh puas dan bangga dengan prestasi Indonesia merdeka. 

Marilah kita kerja keras dan berjuang tanpa menyerah, mari kita menghimpun dan menjaga semua kekayaan kita jangan mau kekayaan kita diambil murah oleh pihak-pihak lain. 

Semua kekayaan kita harus sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat kita. Dalam sejarah politik hal ini mudah untuk kita ucapkan tidak mudah untuk kita capai tapi kita bisa capai kalau kita bersatu dan bekerja sama. 

Marilah kita bangun masa depan bersama marilah menganggap rekan-rekan kita walaupun berbeda suku partai agama golongan kita adalah sama-sama anak Indonesia. Bertanding semangat, sesudah bertanding mari kita berhimpun kembali. 

Presiden Joko Widodo mengalahkan saya, berapa kali ya saya lupa, tapi begitu beliau menang beliau mengajak saya bersatu, dan saya menerima ajakan itu sekarang saya menang, dan saya mengajak semua pihak ayo bersatu. 

Dalam menghadapi dunia internasional, Indonesia memilih jalan bebas aktif non blok kita tidak mau ikut pakta-pakta militer manapun, kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara sudah berkali-kali saya canangkan Indonesia akan menjalankan politik luar negeri sebagai negara yang ingin menjadi tetangga yang baik, we want to be a good neighbor. 

Kita ingin menganut filosofi kuno seribu kawan terlalu sedikit satu lawan terlalu banyak.  Dengan demikian kita ingin menjadi sahabat semua negara tapi kita punya prinsip, yakni anti penjajahan karena kita pernah mengalami penjajahan kita anti penindasan karena kita pernah ditindas kita anti rasialisme anti apartheid karena kita pernah mengalami waktu kita dijajah kita bahkan digolongkan lebih rendah dari anjing, banyak prasasti dan marmer papan-papam dimana disebut honden en inlander verboden.

Saya masih liat prasasti di kolam renang manggarai tahun 78. Karena itu kita punya prinsip kita harus solider membela rakyat yang tertindas di dunia ini. Karena itu kita mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. 

Pemerintah Presiden Joko Widodo sudah mengirimkan banyak bantuan hari ini kita punya tim medis yang bekerja di Gaza, Rafah dengan risiko sangat tinggi dokter-dokter kita perawat-perawat kita sudah bekerja sama bersama saudara dari Uni Emirat Arab. Dan kita pun siap untuk mengirim bantuan yang lebih banyak dan siap evakuasi mereka yang luka dan anak-anak yang trauma dan korban kita siapkan semua rumah sakit dan tentara dan nanti rumah sakit lain untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban perang yang tidak adil. 

Kita menjadi bangsa yang harus berterima kasih kepada generasi pembebas, Bung Karno, Bung Hatta, pahlawan-pahlawan lain, I Gusti Ngurah Rai, Kapitan Pattimura, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan lain-lain. Mereka membayar saham kemerdekaan dengan darah dan air mata mereka. Kita bersyukur pada presiden pertama bung karno telah memberi kita ideologi negara, Pancasila. Yang keluar masuk penjara dibuang dimana-mana dri sejak muda karena memperjuangkan Indonesia merdeka. Indonesia tidak mau menjadi darah bagi bangsa-bangsa lain. Soekarno, Hatta, Syahrir semua pendiri bangsa berkorban dan memimpin dengan baik.