EmitenNews.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi. Berbagai faktor eksternal dan domestik, mulai dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang membebani ekspor Indonesia, pelemahan daya beli masyarakat, hingga ketidakpastian geopolitik global, telah menekan sentimen pasar. Investor pun bertanya-tanya, kapan IHSG bisa kembali pulih dan memberikan peluang investasi yang menarik?

Artikel ini akan mengupas secara mendalam skenario pemulihan IHSG, faktor-faktor kunci yang harus diperhatikan, serta strategi investasi yang tepat untuk menghadapi kondisi pasar saat ini.

Faktor-Faktor Penyebab Tekanan IHSG

1. Kebijakan Tarif Impor AS dan Dampaknya

Salah satu sentimen negatif utama yang membebani IHSG adalah kebijakan tarif impor AS sebesar 32% terhadap produk Indonesia. Meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 9.3% dari total ekspor, sektor manufaktur dan ekspor yang terdampak cukup signifikan, terutama tekstil, alas kaki, dan elektronik. Penurunan permintaan dari pasar AS menyebabkan tekanan pada emiten yang bergantung pada ekspor, yang kemudian memicu aksi jual saham.

2. Pelemahan Daya Beli Masyarakat
Pelemahan daya beli masyarakat akibat inflasi dan kenaikan PPN menjadi 12% turut menekan sektor konsumsi domestik. Sektor konsumer dan ritel yang selama ini menjadi motor penggerak IHSG mengalami penurunan kinerja, sehingga menurunkan sentimen investor.

3. Ketidakpastian Geopolitik dan Ekonomi Global
Ketegangan geopolitik antara negara-negara besar, serta kebijakan moneter ketat di negara maju, menyebabkan aliran modal asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini menambah tekanan pada IHSG dan nilai tukar rupiah.

Skenario Pemulihan IHSG
Skenario Optimis : Pemulihan Bertahap Didukung Kebijakan Proaktif

Dalam skenario ini, pemerintah dan Bank Indonesia mengambil langkah-langkah kebijakan yang efektif untuk menstabilkan ekonomi dan pasar modal. Intervensi moneter yang tepat,
stimulus fiskal untuk mendorong konsumsi dan investasi, serta percepatan reformasi struktural menjadi katalis utama.

Diversifikasi pasar ekspor dan perbaikan neraca perdagangan juga membantu mengurangi tekanan eksternal. Sektor-sektor defensif seperti perbankan, telekomunikasi, dan energi mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan kinerja, menarik minat investor. IHSG diperkirakan akan bergerak naik secara bertahap, dengan target jangka menengah mencapai level resistance teknikal di kisaran 7.200-7.400. Investor mulai kembali masuk dengan strategi akumulasi bertahap.

Skenario Moderat : Fluktuasi Berlanjut dengan Arah Positif
Skenario ini menggambarkan kondisi pasar yang masih fluktuatif, namun dengan tren pemulihan yang lambat. Ketidakpastian global dan tekanan inflasi masih membayangi, sehingga IHSG bergerak dalam rentang sideways dengan volatilitas tinggi.

Investor cenderung berhati-hati, memilih saham-saham dengan fundamental kuat dan dividen stabil. Sektor-sektor seperti konsumer non-siklikal, infrastruktur, dan komoditas menjadi pilihan utama.

IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 6.800-7.100 dalam beberapa bulan ke depan, dengan peluang breakout jika sentimen membaik.

Skenario Pesimis : Tekanan Berlanjut dan Koreksi Lebih Dalam
Dalam skenario terburuk, tekanan eksternal dan domestik terus berlanjut tanpa ada kebijakan efektif yang mampu menahan gejolak. Pelemahan rupiah semakin dalam, inflasi tinggi, dan pertumbuhan ekonomi melambat drastis.

Investor asing melakukan aksi jual besar-besaran, IHSG mengalami koreksi tajam ke level support kritis di bawah 6.500. Sektor manufaktur dan konsumer menjadi yang paling terpukul.

Dalam kondisi ini, investor disarankan untuk mengurangi eksposur dan fokus pada instrumen defensif atau instrumen pasar uang.

Faktor-Faktor Kunci yang Menentukan Pemulihan IHSG