EmitenNews.com -Di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global, PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) justru menunjukkan taji dengan memasang target ambisius di tahun 2025. Perseroan optimistis meraih pendapatan Rp420 miliar, naik 15% dari capaian tahun sebelumnya, serta membukukan laba bersih sebesar Rp100 miliar—melonjak 25% dibandingkan tahun 2024.

Tak sekadar mimpi, target ini dibangun diatas fondasi kokoh pengalaman SMIL yang telah malang melintang di industri sewa forklift sejak 1996. Bahkan, saat krisis moneter 1998, krisis finansial global 2008, dan pandemi COVID-19, SMIL mampu bertahan—bahkan mencetak pendapatan tertinggi sepanjang sejarahnya di tahun pandemi 2019.

Dalam paparan publik terbaru, Direktur Utama SMIL, Hadi Suhermin juga menegaskan transformasi besar ke arah forklift listrik. Dalam lima tahun mendatang, penggunaan forklift listrik ditargetkan mencapai 75%. Mengapa? Forklift listrik memiliki harga sewa lebih tinggi dan biaya perawatan yang jauh lebih rendah—memberikan margin keuntungan lebih tinggi. Selain itu, langkah ini juga selaras dengan komitmen pemerintah terhadap energi hijau.

Tak hanya efisiensi, SMIL juga berencana mengganti penggunaan baterai forklift dari jenis timbal-asam ke lithium yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Ekspansi Pasar dan Diversifikasi Pelanggan

Strategi SMIL tahun ini juga mencakup perluasan pasar ke wilayah-wilayah potensial di Indonesia serta perluasan portofolio pelanggan. Perseroan secara aktif menjalin kerja sama dengan berbagai sektor industri untuk memperkuat fondasi bisnis yang beragam dan tahan banting terhadap perubahan pasar.

Aksi Borong Saham, Dirut Tunjukkan Keyakinan

Menariknya, lonjakan harga saham SMIL dalam beberapa bulan terakhir ternyata dibarengi aksi nyata sang Direktur Utama, Hadi Suhermin. Pada 23 April 2025, ia kembali mengakumulasi saham perseroan di harga premium Rp492 per lembar sebanyak 21,2 juta saham atau setara Rp10,45 miliar. Dengan transaksi ini, kepemilikan Hadi meningkat menjadi 50,32%.

Sebelumnya, pada Februari 2025, ia juga membeli 67,86 juta saham di harga Rp294 per saham, senilai hampir Rp20 miliar. Total akumulasi besar-besaran ini mengindikasikan keyakinan penuh atas prospek cerah SMIL ke depan.

Isu Akuisisi dan Buyback Saham

Terkait isu akuisisi yang ramai diperbincangkan, Hadi membenarkan bahwa memang ada minat dari beberapa investor asing, termasuk dari China dan Korea. Namun, ia menegaskan bahwa prosesnya masih dalam tahap penjajakan dan akan dibahas lebih lanjut dalam RUPS mendatang.

Selain itu, SMIL juga tengah mengkaji kemungkinan aksi korporasi buyback saham, yang rencananya akan diputuskan pasca RUPS bulan Juni nanti.

Meski sempat mengalami suspensi dari Bursa Efek Indonesia akibat lonjakan harga, manajemen SMIL menegaskan bahwa mereka tidak mengetahui secara pasti penyebab fluktuasi tersebut karena sepenuhnya merupakan mekanisme pasar.

“Dengan kombinasi strategi ekspansi, inovasi teknologi ramah lingkungan, dan kepemimpinan yang percaya diri, SMIL tampak siap melaju lebih kencang di 2025—tak gentar menghadapi tantangan global,” pungkas Hadi.