EmitenNews.com - Mengutip Stephen Hawking, Sujiwo Tejo mengungkapkan bahwa 100 tahun mendatang manusia akan punah jika tidak melakukan perubahan. Prediksi ini dikarenakan semua aktivitas manusia akan mampu digantikan oleh teknologi dan robot.


Prediksi ini diungkapkan Sujiwo Tejo dalam Seminar berbasis hybrid (campuran offline-online) yang digelar BEM Institut Teknologi Yogyakarta pada Sabtu (26/03). Sujiwo Tejo kemudian menambahkan bahwa prediksi ini disampaikan kepada ribuan mahasiswa yang menyaksikan Seminar bukannya tanpa alasan. Karena menurutnya, mahasiswa bisa menggagalkan prediksi ini jika mampu melakukan proses integrasi nusantara dan bangsa melalui ilmu kebudayaan.


“Mahasiswa dan setiap generasi muda, jika menguasai ilmu kebudayaan secara serius, maka tidak akan bisa digantikan. Oleh karena itu, penting untuk mahasiswa belajar, menceburkan diri kepada kolam bernama masyarakat, dan mengaplikasikannya secara langsung untuk bantu masyarakat. Sangat sulit bagi mahasiswa jika hanya belajar melalui materi dan teori saja,” ungkap Sujiwo Tejo dalam acara yang juga dihadiri Rektor ITY Prof. Chafid Fadeli.


Lebih lanjut, Sujiwo Tejo berpesan kepada mahasiswa untuk memahami kebudayaan lebih daari sekedar apa yang biasa mereka saksikan di buku. Misalnya, menganggap budaya itu sekedar seni, lagu, atau tari-tarian.


Budaya, menurut Sujiwo Tejo, adalah hal yang muncul dari pola pikir manusia. Budaya menganalisa apa yang ada di alam, lalu melestarikannya sambil mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia. 


“Kebudayaan bukan hanya sebuah seni saja. Namun kebudayaan merupakan suatu hal yang muncul melalui pola pikir manusia. Sedangkan alam bisa terjadi karena sebuah perilaku yang reflek untuk dilakukan. Penyeimbangan alam tak bisa berjalan lancar tanpa diikuti oleh proses analisa sekitar terhadap kegunaannya,” kata Sujiwo Tejo.


Manfaat ketika menguasai budaya, menurut Sujiwo Tejo akan luar biasa. Mulai dari mengatasi kondisi kepunahan yang terjadi di lingkungan hidup, ketenangan batin, hingga pertumbuhan ekonomi dan kemajuan pembangunan. Karena ketika pembangunan memanfaatkan budaya, maka pembangunan akan mampu menyejahterakan semua pihak. 


“Penyeimbangan lingkungan alam menjadi salah satu kunci agar kepunahan di sekitar tidak terjadi. Anggaplah ketika melakukan penyeimbangan alam seperti halnya melakukan pelestarian budaya. Karena di dalam sebuah kebudayaan selalu ada sebuah pembangunan. Sehingga penyeimbanan terhadap lingkungan terus berkembang pesat,”  imbuh Sujiwo Tejo. 


Pria yang akrab disapa “Mbah Tejo” ini juga berpesan kepada para mahasiswa untuk lebih mendalami kebudayaan mulai dari cara-cara yang sederhana. Salah satunya dengan praktik langsung dan mengikuti alur kehidupan di sekitar. 


Menurutnya, kehidupan itu harus nyemplung (menyelam, mendalami dengan sungguh-sungguh). Meskipun sudah mendapatkan pendidikan yang tinggi, namun belum tentu bisa dipraktekkan dengan baik. Oleh karena itu jika menganalogikan aktivitas belajar berenang, seseorang akan jauh lebih mahir bila langsung memasuki kolam tersebut. Namun akan sangat sulit bagi dirinya jika hanya belajar melalui materi saja. 


Inilah yang dimaksud oleh Mbah Tejo, bagaimana ilmu akan jauh lebih sempurna bila mahasiswa bisa mengaplikasikannya secara langsung di lingkungan masyarakat. Karena barulah ketika sudah menyelam, maka ilmu kehidupan dan hakikat kebudayaan akan diperoleh oleh para mahasiswa. Terlebih, mahasiswa sangat diharapkan oleh masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan dan bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.


“Belum lengkap rasanya jika hanya berkuliah tanpa harus nyemplung ke lapangan. Apalagi buat para mahasiswa lingkungan (jurusan dengan mahasiswa terbanyak di Institut Teknologi Yogyakarta). Seharusnya mahasiswa harus lebih memperhatikan kondisi lingkungan. Jadi biar lebih bisa memahami kehidupan dan keadaan sekitar!,” tukas Sujiwo Tejo.


Senada, Rektor ITY Prof. Chafid Fadeli juga mengungkapkan bahwa tak bisa dipungkiri ilmu yang dimiliki mahasiswa akan semakin maju bila diikuti dengan kemampuan menguasai teknologi. “Akan tetapi, teknologi saja tidak cukup. Lebih hakiki bila mahasiswa juga memiliki integritas bangsa dan juga keilmuan nusantara,” pungkas Chafid.