EmitenNews.com -  PT Dana Brata Luhur Tbk. (TEBE), emiten tambang infrastruktur milik pengusaha Haji Isam, akhirnya buka suara terkait volatilitas transaksi saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Melalui surat penjelasan yang ditandatangani oleh Ayu Yusman, Corporate Secretary perseroan, menyatakan bahwa pihaknya memang mengetahui adanya fakta material yang mempengaruhi pergerakan saham, yakni pelaksanaan Penawaran Tender Wajib oleh pemegang saham pengendali.

"Penawaran tender ini berlangsung sejak 5 Juni hingga 4 Juli 2025, dan penyelesaian transaksinya dilakukan pada 16 Juli 2025. Informasi lengkap telah diungkapkan kepada publik melalui keterbukaan informasi di SPE-IDXNet pada 17 Juli 2025," tulis Ayu dalam menjawab surat BEI Selasa (22/7).

Pihak TEBE juga memastikan bahwa tidak ada informasi lain yang belum disampaikan ke publik dan membantah adanya kejadian material lain yang bisa memengaruhi harga saham atau kelangsungan usaha perusahaan.

Terkait rencana ke depan, manajemen mengungkapkan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) sebagaimana telah diumumkan pada 7 Juli 2025 melalui situs resmi perseroan dan platform KSEI eASY.

Pada perdagangan hari ini Selasa (22/7) saham TEBE  naik Rp35 atau menguat 3,18 persen ke level Rp1.135 per lembar saham.

Dalam sepekan tepatnya pada 16 Juli 2025 saham TEBE masih berada di level Rp705. Pada bulan lalu tetaptnya pada 23 Juni 2025 saham TEBE masih berada di level Rp625 per lembar saham atau melambung 99,8 persen hingga perdagangan hari ini.

Sebelumnya Dua Samudera Perkasa (DSP) menjadi pengendali penuh Dana Brata Luhur (TEBE). Itu menyusul penuntasan mandatory tender offer alias penawaran tender wajib saham perseroan. Transaksi tersebut telah dibereskan pada 16 Juli 2025.

Penyelesaian tender wajib itu, ditandai dengan penyerapan 74.047.940 helai alias 74,04 juta lembar dari empat pemegang saham. Pencaplokan saham setara 5,76 persen itu, dibalut dengan harga rata-rata Rp627,11 per eksemplar. 

Menyusul skema harga itu, Dua Samudera dipaksa merogoh dana sekitar Rp46,43 miliar.

Dengan demikian, pengendali baru besutan H Samsudin Andi Arsyad alias H Isam tersebut, kini menggenggam 988,33 juta helai alias 76,91 persen saham Dana Brata Luhur. Bertambah 5,76 persen dari periode sebelum transaksi hanya 914,28 juta lembar atau selevel dengan 71,15 persen.

Sejatinya, Dua Samudera harus melakukan penawaran tender wajib maksimal 370.710.959 helai alias 370,71 juta lembar alias 28,85 persen dari saham ditempatkan, dan disetor penuh dalam perusahaan. Periode tender wajib sepanjang 30 hari sejak 5 Juni 2025 hingga 4 Juli 2025.

Sayangnya, hingga periode tender wajib berakhir, hanya empat pemegang saham yang bersedia untuk melepas saham kepada pengendali baru. Sebelumnya, pada 18 Maret 2025, Dua Samudera menyapu 39,31 persen alias 505,17 juta saham Dana Brata dari Prima Mineral Utama.

Transaksi pembelian terjadi dengan harga Rp500 per helai atau sebesar Rp252,58 miliar. Dengan begitu, perusahaan besutan H Samsudin Andi Arsyad alias H Isam tersebut mengempit 71,14 persen atau 914,28 juta saham Dana Brata.