EmitenNews.com - Regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas di Saudi Arabia berkaitan dengan penyelenggaraan ibadah umrah di tengah pandemi Covid-19, semuanya valid. Tetapi, kontradiktif dan belum sinkron. Itu yang dibaca dari aturan yang dikeluarkan Kementerian Haji dan Umroh (MoHu), Kementerian Kesehatan (MoH), dan Otoritas Penerbangan di bawah Kementerian Dalam Negeri (GACA).


Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh), H. Muhammad Firman Taufik mengemukakan hal itu kepada EmitenNews.com, Kamis (30/12/2021), usai Zoom Online Live Report dari Saudi Arabia update terbaru dari Tim Advance Himpuh Uji Sistem Penyelenggaraan Umrah 1443 Hijriah.


Muhammad Firman Taufik mengutip hal tersebut dari pembicaraan live report dengan Tim Advance dari unsur Himpuh yang diberangkatkan ke Tanah Suci melaksanakan umrah perdana, Kamis (23/12/2021) malam. Tim advance beranggotakan 25 orang tersebut diwakili oleh lima asosiasi yaitu Ampuh, Amphuri, Asphuri, Asphurindo, dan Himpuh.


Haji Firman Taufik memberikan contoh ketidaksinkronan aturan berkaitan dengan ibadah umrah dari otoritas di Saudi tersebut. Direktur Utama PT Turisina Buana (Tibi Tours) itu, menunjukkan statemen MoHu yang menyatakan jemaah dengan vaksin sinovac bisa masuk Saudi Arabia, tetapi harus menjalani karantina selama 3 hari.


“Tetapi, Kementerian Kesehatan setempat (MoH) bilang sinovav harus diikuti dengan vaksin booster, dan GACA mengatakan, harus booster dan karantina 5 hari. Lalu, jemaah dengan vaksin 4 sekawan (AstraZeneca, Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson (J&J), MoHu, dan MoH mengatakan, bebas karantina. Tetapi, GACA  mengharuskan tetap karantina 5 hari,” urai pria yang karib disapa Firman Tibi ini.


Temuan lain, sistem yang dibangun Kementerian Agama, aplikasi Siskopatuh, berhasil mengintegrasikan diri dengan PeduliLindungi. Karena itu, aplikasinya bisa memunculkan sekaligus data paspor, visa dan sertifikat vaksin. Menurut Firman, hal itu diimplementasi dalam bentuk QR code, dan sangat solutif menyelesaikan isu tidak terbacanya QR code di sertifikat vaksin keluaran Indonesia.


Dengan perkembangan yang ada, Firman Tibi memastikan, cost yang bakal dikeluarkan jemaah bertambah besar. Ia mencontohkan, selama karantina institusional 5 hari, biaya mandiri sekitar Rp6,85 juta per org. Itu dilakukan di kota tempat pesawat mendarat yaitu Jeddah, atau Medinah. Ada tambahan tes PCR 2 kali, yaitu hari ke 1 dan hari ke 4. Juga sudah tidak mungkin lagi ada pelaksanaan ibadah umrah dengan durasi 9 hari, seperti sebelum pandemi Covid-19.


“Hasil tes PCR dapat dilihat di aplikasi tawakalna, yang dikeluarkan Arab Saudi,” katanya.


Kabar baiknya, hotel di Medinah sudah bisa mengakomodir kamar diisi lebih dari 2 orang, sehingga bisa lebih menghemat biaya. Bagusnya lagi, makanan di hotel disajikan secara prasmanan.


“Kunjungan ke Raudah dan Umrah diatur melalui aplikasi. Bisa melakukan kegiatan di luar program (ziarah Raudah, Umrah) selama kuota tersedia. Bagusnya lagi, sudah dapat melakukan city tour di Medinah,” tambahnya.


Tetapi, berkaitan dengan merebaknya varian baru Covid-19, varian Omicron, terjadi pengetatan proses kembali di Saudi. Termasuk di antaranya, kewajiban bermasker, keharusan menjaga jarak aman.


Seperti diketahui sebanyak 25 anggota Tim Advance dari Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) berangkat ke Tanah Suci melaksanakan umrah perdana, Kamis (23/12/2021) malam. Tim advance tersebut diwakili oleh lima asosiasi yaitu Ampuh, Amphuri, Asphuri, Asphurindo, dan Himpuh.


"Tim advance ini orang-orangnya terpilih. Mereka mencoba sistem. Untuk trial dan error terkait sistem yang dibuat oleh pemerintah antara Siskopatuh, PeduliLindungi dan Tawakalna," kata Sekjen Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (DPP AMPHURI), Farid Aljawi.


Pemberangkatan awal ini sebagai tindak lanjut atas permintaan asosiasi travel kepada Kementerian Agama agar tetap memberangkatkan jamaah di masa pandemi COvid-19. Tujuannya, memberikan informasi kepada masyarakat, baik terkait umrah di masa pandemi Covid-19, maupun ketentuan baru yang diterapkan Arab Saudi.


"Kalau ditunda justru menjadi polemik. Karena, berangkat ke luar negeri boleh tapi umrah masak nggak boleh. Umrah belum siap semuanya kalau dalam jumlah besar. Kalau belum siap, ya dalam jumlah kecil saja, termasuk yang berangkat perdana sekarang," katanya.


Menurut Farid aljawi, karena umrah perdana berada di masa uji coba, 25 orang yang diberangkatkan menggunakan berbagai macam varian vaksin Covid-19. "Ini program uji coba, jadi vaksinnya macem-macem yang berangkat. Ada yang AstraZeneca, Pfizer, Sinovac, Moderna dan lain sebagainya. Biar mereka berangkat seperti apa dan programnya pun ada yang ke Madinah dulu, ada yang ke Mekkah dulu agar dievaluasi oleh pemerintah."


Farid Aljawi berharap keberangkatan perdana dengan uji coba sistem mendapatkan hasil terbaik, sehingga jamaah dapat berangkat sesuai ketentuan. Targetnya, kata dia, akhir Januari 2022 sudah mulai memberangkatkan jamaah dengan regulasi yang clear. ***