EmitenNews.com - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong hilirisasi produk hasil hutan untuk meningkatkan nilai tambah dan multiplier effect bagi perekonomian. Kinerja industri hilir berbasis hasil hutan dapat dilihat dari variabel nilai ekspor, serapan tenaga kerja, dan pertumbuhan investasi. 

 

"Peningkatan nilai tambah produk hasil hutan melalui hilirisasi akan mampu membuka lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi," urai Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, di Jakarta, Jumat (1/9/2023).

 

Industri pulp berbasis kayu telah menghasilkan inovasi hilirisasi produk berupa serat rayon viscose. Kapasitas terpasang industri rayon sebesar 300 ribu ton/tahun dan direncanakan untuk diperluas menjadi 600 ribu ton/tahun.

 

"Produksi rayon tersebut akan memenuhi kebutuhan bahan baku rayon bagi industri turunannya sebagai substitusi terhadap impor kapas dan juga mendorong multiplier effect yang lebih besar bagi Indonesia," kata Putu Juli Ardika.

 

Kinerja industri hilir berbasis hasil hutan dapat dilihat dari variabel nilai ekspor, serapan tenaga kerja, dan pertumbuhan investasi. Pada tahun 2022, kinerja ekspor industri hilir berbasis hasil hutan mencapai USD15 miliar, dengan impor senilai USD4,68 Miliar. Di sisi ketenagakerjaan, tercatat sebanyak 2,83 juta orang tenaga kerja terlibat di industri berbasis hasil hutan. 

 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka tenaga kerja tersebut meningkat jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja di industri tersebut tahun 2015 dan 2019, berturut-turut sejumlah 543 ribu dan 2,76 juta orang.

 

"Pada sisi investasi juga terjadi peningkatan untuk industri hilir berbasis hasil hutan sejak 2015-2022. Pada tahun 2015, investasi industri hilir berbasis hasil hutan sebesar Rp16,5 Triliun, dan meningkat signifikan menjadi Rp43,97 Triliun pada 2022," ungkap Putu Juli Ardika.

 

Ke depan, pengembangan hilirisasi industri berbasis hasil hutan akan diarahkan pada komoditas yang produksinya memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan. Di antaranya, bersumber dari bahan baku lestari, penerapan circular economy, berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, dan memiliki eco-design yang sesuai tren pasar.

 

Menurut Putu Juli Ardika, sejauh ini sebagian besar produk-produk industri hilir berbasis hasil hutan Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip di atas, seiring tingginya environmental awareness dari konsumen negara tujuan ekspor. ***