Tren Pasar Jelang Akhir Tahun: Apa yang Perlu Diwaspadai Investor?
Grafik Tren Likuiditas Pasar IDX. Properti Milik Tim Riset EmitenNews
EmitenNews.com - Pasar modal Indonesia (IDX) pada periode 1–5 Desember 2025 menunjukkan reli harga yang kuat, di mana IHSG sempat mencetak rekor penutupan baru 8,640.196 poin pada 4 Desember, sebelum ditutup sedikit melemah pada 8,632.761 di hari Jumat.
Kenaikan ini didukung oleh ekspektasi pasar regional yang optimis terhadap potensi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed), yang secara tradisional memicu re-rating pada aset-aset negara berkembang.
Sentimen global yang positif ini bertemu dengan fondasi domestik yang stabil: Rupiah relatif kuat di Rp16.640 per dolar AS dan Premi Risiko Negara (CDS) turun ke 71,18 bps, memperkuat kepercayaan asing (BI, 2025). Momen ini memicu pembalikan arus modal yang penting, menghasilkan Net Buy asing sebesar Rp2,48 Triliun di saham sepanjang minggu.
Namun, lonjakan indeks ini sarat dengan kontradiksi. Kualitas rally dipertanyakan karena rata-rata nilai transaksi harian anjlok 29.61%, yang diperburuk oleh dominasi transaksi Volume tinggi pada saham-saham spekulatif dan berharga rendah.
Fakta bahwa Volume Saham melonjak pada 4 Desember sementara Nilai Transaksi justru stagnan mengindikasikan adanya spekulasi ritel yang masif. Kecurigaan terhadap kualitas modal asing juga muncul dari dekomposisi aliran dana (BI, 2025): dari total Rp14,08 Triliun dana nonresiden yang masuk, hampir 78% (Rp10,92 Triliun) diparkir di instrumen berisiko rendah (SRBI).
Sementara itu, hanya Rp2,11 Triliun yang benar-benar dialokasikan ke saham. Ini menandakan bahwa asing masih berada dalam mode "Cautious Re-entry"—mengunci yield Rupiah yang aman sambil menguji air di pasar ekuitas secara selektif.
Meskipun terdapat risiko spekulatif, stabilitas rasio valuasi pasar agregat (PER 15.76x) mengisyaratkan adanya peluang valuasi mendalam. Stabilitas ini terjadi karena saham-saham penimbang indeks terbesar, seperti sektor Financials (BBCA YTD -14.21%), masih menjadi YTD Laggards (IDX, 2025).
Baca juga: Meneropong Arah Baru Investasi Bank di Tahun 2026
Di sisi lain, saham di sektor Konsumsi Non-Primer, Ritel & Distribusi, Transportasi & Logistik, dan Pariwisata & Hospitality mengalami dorongan kuat dari katalis musiman akhir tahun, yaitu lonjakan penjualan, promosi liburan, dan peningkatan volume pengiriman e-commerce (Ajaib, 2025).
Oleh karena itu, tren utama yang harus diwaspadai adalah potensi "Catch-up Rally" di sektor Value. Artinya, jika dana asing yang saat ini tertahan di SRBI beralih ke pasar saham pada awal 2026, saham blue chip yang tertinggal—terutama di sektor Financials yang fundamentalnya kuat—akan menjadi target utama akumulasi, menawarkan margin of safety yang lebih besar dibandingkan saham growth yang sudah mahal.
Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan jual/beli, tapi bahan diskusi biar lo makin pinter atur strategi. Do Your Own Research (DYOR)!
Related News
Meneropong Arah Baru Investasi Bank di Tahun 2026
Efisiensi The Big Banks: Mengapa Margin Laba BBCA Sulit Tertandingi?
Battle Fundamental 4 Emiten Bank ‘The Big Four’: Mana Jagoanmu?
ICBP vs Asing Net Buy: Intip Analisis Fundamentalnya Yuk!
Mungkinkah Manajemen GOTO yang Baru Bisa Jadi Aset Tak Ternilai?
Membaca Pergerakan Datar IHSG 3 Desember 2025 secara Fundamental





