EmitenNews.com - IHSG melemah lebih dari 2% pada perdagangan Jumat (26/11) dipicu oleh kekhawatiran terhadap varian baru coronavirus, B.1.1.529. WHO dijadwalkan mengadakan special meeting pada Jumat, 26 November 2021 untuk mendiskusikan varian baru tersebut.


"Varian baru tersebut meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi lonjakan kasus baru Covid-19 secara global, terutama di beberapa negara Eropa yang mencatatkan kenaikan signifikan kasus baru Covid-19 dalam sepekan terakhir," kata analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan.

Dari dalam negeri, Pemerintah Indonesia berencana menerapkan PPKM Level 3 secara nasional pada 24 Desember 2021 - 2 Januari 2021 sebagai bentuk antisipasi potensi kenaikan kasus baru Covid-19 di Indonesia pada akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.

Terlepas dari hal di atas, menurut Valdy pasar juga tertekan oleh potensi pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh the Fed. Salah satu pemicunya adalah U.S. Initial Jobless Claims yang turun signifikan ke level 199,000 pada 14-20 November 2021. Hal ini memicu pelemahan nilai tukar Rupiah sebesar 0.25% ke level Rp14,300 per USD pada Jumat sore (26/11).

"Oleh sebab itu, pelemahan IHSG masih dapat berlanjut. Support terdekat di kisaran 6450-6500 berpotensi menjadi bottom level, sebelum IHSG mencatatkan technical rebound," lanjut Valdy.

Ia memperkirakan IHSG bergerak fluktuatif di rentang 6450-6600 pada perdagangan Senin (29/11) ini. Potensi rebound didukung net sell Investor Asing yang relatif kecil dibandingkan pelemahan IHSG yang mencapai 2% pada perdagangan Jumat (26/11).

Phintaco menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan saham-saham bluechip, seperti BBCA, BMRI, ASII, MNCN, KLBF dan ICBP yang memasuki atau berada pada oversold area pada perdagangan hari ini.(fj)