EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan bergerak mix cenderung koreksi. Itu terjadi menyusul aksi profit taking masih mengintai. Selain itu, bursa regional juga kembali menjalani sesi melemah, dibayangi inflasi, dan pelemahan ekonomi.


Selain itu, para investor masih akan menunggu rilis neraca perdagangan Indonesia pagi ini. Neraca dagang diperkirakan masih surplus, dan keputusan Bank Indonesia (BI) soal suku bunga pekan ini. ”Kami perkirakan Indeks bergerak pada rentang support 6.750, dan resisten 6.820,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Senin (17/10).


Secara teknikal, Indeks telah breakdown dari resistance level 6.908. Kondisi itu, membuat Indeks berpotensi kembali melemah, dan menutup gap pada rentang 6.736-6.778. Indikator MACD, dan stochastic belum menunjukkan tanda golden cross diikuti volume jual tinggi. Beberapa saham memiliki potensi naik perdagangan hari ini antara lain BRMS, DMMX, PNBS, PNIN, dan BRMS.


Akhir pekan lalu, Indeks minus 0,96 persen menjadi 6.815. Beberapa sektor mengalami pelemahan antara lain technology tekor 2,08 persen, infrastruktur turun 1,21 persen, dan energi minus 1,08 persen. Investor asing membukukan net sell pasar regular Rp421 miliar dengan saham paling banyak dijual BBRI, BBCA, dan ASII.


Sementara itu, tiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street kembali ditutup di zona merah. Para pelaku pasar khawatir rilis data inflasi tinggi, setelah suku bunga naik. Selain itu, data Michigan Consumer Sentiment melejit namun harga energi melonjak. Semementara para pelaku pasar akan mencermati rilis laporan keuangan kuartal III emiten perbankan besar AS.


Pagi ini, bursa Asia menyusuri zona merah. Indeks Nikkei 225 minus 1,40 persen, dan Kospi terkoreksi 0,69 persen. Para pelaku pasar akan menunggu rilis data Industrial production Jepang. (*)