“Secara keseluruhan, ultimate goals transformasi Waskita yang dilakukan adalah terciptanya operational excellence secara berkesinambungan. Kami akan selalu berupaya untuk menyelesaikan proyek-proyek dengan mutu terbaik, tepat waktu, dan biaya yang efisien,” tutur dia.

Ermy menyatakan, saat ini Waskita telah mengefektifkan restrukturisasi atas tiga dari empat Obligasi Nonpenjaminan dan restrukturisasi MRA. Seperti diketahui, pada tahun lalu Perseroan telah mendapat persetujuan dari 21 kreditur perbankan terkait penyempurnaan atas MRA 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp26,3 triliun. Kemudian sudah disetujui pula Pokok Perubahan Perjanjian Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) oleh lima kreditur perbankan sebesar Rp5,2 triliun.

"Dengan efektifnya restrukturisasi tersebut, Waskita dapat mengelola likuiditasnya untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok. Baik atas utang perbankan, maupun obligasi selama 2024," jelas Ermy.

Ia menambahkan, kinerja Perseroan juga mulai terlihat membaik tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan pada kuartal III 2024, Waskita mencatat kenaikan laba bruto sebesar 33,18 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp1,03 triliun. Sebelumnya, pada periode sama tahun lalu sebesar Rp773,93 miliar.

Nilai Gross Profit Margin (GPM) perseroan pun naik menjadi 15,19 persen, setelah sebelumnya pada kuartal tiga tahun lalu sebesar 9,90 persen. EBITDA Waskita turut naik hingga 141 persen, dari Rp252 miliar menjadi Rp609 miliar per September 2024.

"Sebagai BUMN Konstruksi yang memiliki pengalaman lebih dari 64 tahun, ke depannya Waskita akan terus menjaga stabilitas keuangan serta melakukan divestasi jalan tol. Kemudian, mengembalikan core business perusahaan sebagai perusahaan konstruksi yang berfokus pada sektor gedung, infrastruktur air, jalan, dan jembatan," kata Ermy.

Perlu diketahui, saat ini Waskita tengah mengerjakan 68 proyek berjalan dengan total nilai sebenyak Rp44,7 triliun. Sebanyak 61 persen di antaranya merupakan proyek konektivitas, lalu 21 persen sumber daya air, 17 persen gedung, dan dua persen Engineering, Procurement, and Construction (EPC).

Sementara proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sedang dibangun Perseroan sekarang berjumlah 31, total nilai kontraknya mencapai Rp17,1 triliun. Proyek tersebut didominasi oleh sumber daya air dengan persentase hingga 58 persen, sedangkan 26 persen lainnya gedung, serta 16 persen konektivitas.