EmitenNews.com - Kemarin IHSG bergerak menguat ke level 6699,34 (+0,24%), setelah selama seharian bergerak lebih tinggi di level 6751. Beberapa sentimen yang mempengaruhi pasar seperti sentimen positif yang berasal dari window dressing pada tahun 2021, serta sentiment negatif yang berasal dari ketakutan para investor terkait kemungkinan The Fed yang akan menaikkan tingkat suku bunga lebih awal dari perkiraan. 

 

Perlu diketahui tingkat probabilitas terhadap kenaikan tingkat suku bunga melonjak untuk tahun 2022, seperti yang dapat dilihat di website cmegroup.com. Sektor yang mendorong kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin adalah sector transportasi (+3,56%), infrastruktur (+1,09%), serta industri (+0,78%). Investor asing diketahui membukukan net buy di pasar reguler sebesar Rp 202,44 miliar, dengan saham yang paling banyak dikumpulkan adalah: TLKM, BMRI, DEPO.

 

“IHSG membentuk kaki yang memanjang keatas, mengindikasikan banyaknya tekanan bearish, beberapa saham terlihat mengalami dampak take profit dari para investor. Pergerakan IHSG terhenti di level MA 5 yang saat ini menjadi supportnya di level 6696,” kata Alwin Rusli Analis Reliance Sekuritas, Jumat (26/11/2021).

 

Indikator MACD masih belum bisa membentuk golden cross karena IHSG belum bergerak terlalu tinggi pada perdagangan kemarin. Disamping itu, dari tarikan Fibonacci, memang masih ada resistance yang terbentuk di level 6726, dan masih belum berhasil ditembus keatas. 

 

Lebih lanjut Alwin mengatakan, IHSG hari ini berpotensi untuk bergerak negatif seiring dengan pelemahan yang terjadi pada bursa Asia pagi hari ini, dan adanya potensi aksi take profit dikarenakan friday effect, namun para investor menunggu hasil rilis penjualan motor yang diumumkan hari ini. IHSG akan bergerak pada rentang support dan resistance 6670 – 6740.

 

Pagi hari ini, bursa regional Asia sudah dibuka dengan kondisi yang cukup dalam, terutama dari Jepang indeks Nikkei dibuka melemah -0,59%, dan dari Korea Selatan indeks Kospi dibuka melemah -0,24%. Pelemahan terutama dari Korsel disebabkan karena naiknya tingkat suku bunga dari 0,75% ke 1%, hal ini untuk mengekan tingginya inflasi.

 

Saham-sahamyang patut dicermati pergerakannya oleh para pelaku pasar antara lain Leader: TLKM, BBRI, DCII, BBNI, ADRO dan Laggard: BBCA, EMTK, BUKA, BBHI, HMSP.