EmitenNews.com - Tahun ini untuk menggenjot kinerjanya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menargetkan volume penjualan pada 2022 bisa tumbuh 5 persen secara tahunan. Adapun, kenaikan penjualan akan didorong oleh dampak positif yang diterima Indonesia akibat kenaikan harga komoditas. 


"Kami memperkirakan konsumsi semen tumbuh 4 persen sampai 5 persen, sehingga dari sisi volume naik 5 persen. Indonesia diberkati CPO, batu bara, dan komoditas lain yang harganya naik dan ini tentunya akan berdampak ke GDP. Konsumsi biasanya akan terlihat beberapa bulan setelah hal ini terjadi," jelas Direktur Utama INTP, Christian Kartawijaya.


Christian juga menyebut kenaikan ini telah terlihat pada awal tahun. Sepanjang Januari-Februari 2022, volume penjualan telah naik 6,5 persen di mana kenaikan penjualan semen curah mencapai 14 persen dan semen kantong naik 4 persen.


Meski demikian, Christian mengatakan prospek penjualan yang naik juga dibayangi oleh kenaikan biaya energi akibat harga komoditas yang naik seperti batu bara, minyak, dan solar industri. Kemampuan pemerintah dalam mengendalikan inflasi, lanjutnya, akan menentukan performa industri semen secara umum. "Penanganan Covid dan perkembangan inflasi kami terus pantau, apakah justru bisa menadi tekanan baru yang membuat masyarakat menunda pembangunan. Ini menjadi hal-hal yang kami cermati," tambah Christian.


Pasar semen nasional tercatat tumbuh sebesar 4,3 persen pada 2021, dengan pasar semen kantong sebesar 4,7 persen dan semen curah sebesar 3,2 persen. Pasar Indocement sendiri tumbuh sebesar 2,2 persen dengan kenaikan semen kantong sebesar 3,0 persen dan semen curah terkoreksi 0,6 persen. Dari sisi volume, penjualan Indocement naik 5 persen secara tahunan.


Demi memfokuskan kinerja pada proyek-proyek pembangunan berkelanjutan, tahun ini PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), siap menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp1 triliun.


Besaran capex yang dianggarkan untuk 2022 tidak jauh berbeda dengan alokasi 2021. Dijelaskan juga perusahaan tengah menjaga pengeluaran di kisaran angka tersebut seiring dengan tekanan biaya produksi yang meningkat akibat kenaikan harga energi.


"Dana belanja modal yang disiapkan untuk 2022 kurang lebih Rp1 triliun juga. Dan ini tetap kami jaga di sekitar tersebut karena kami sedang menghadapi tekanan biaya yang cukup tinggi tadi. Karena itu, kami akan tetap alokasi sebagian dana untuk sustainability development," jelas Dia.


Christian juga mengemukakan perusahaan memiliki komitmen besar untuk menjadi korporasi hijau. Hal ini setidaknya tecermin dari besaran emisi perusahaan yang turun dari 754 kilogram (kg) CO2 per ton semen pada 2010 menjadi 606 kg CO2 per ton semen pada 2021.


Emisi debu INTP juga berada di bawah standar pemerintah, yakni di angka 22 mg/Nm3 atau di bawah standar pemerintah 60 mg/Nm3. "Kami juga investasi di fasilitas energi alternatif dan kami akan mencoba mengoperasikan refuse-derived fuel [RDF] dari Nambo, investasi kami cukup signifikan di sana dan ini bisa meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif kami," tambah Christian.