EmitenNews.com — PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menanggung rugi bersih sebesar Rp830, 63 miliar dalam tiga bulan pertama tahun 2022, atau membengkak 1.704 persen dibandingkan periode sama tahun 2021 yang hanya tercatat sebesar Rp46,095 miliar.


Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan kuartal I 2022 tanpa audit emiten karya BUMN ini yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/5/2022).


Padahal, pendapatan usaha tumbuh 2,8 persen menjadi Rp2,748 triliun yang ditopang pendapatan jasa konstruksi sebesar Rp1,991 triliun, atau turun 12,7 persen dibandingkan kuartal I 2021 yang tercatat sebesar Rp2,281 triliun.


Bahkan penjualan beton cetak anjlok 83,6 persen yang tersisa Rp16,668 miliar.


Namun, bunga dari jasa konstruksi melonjak 565 persen menjadi Rp426,33 miliar.


Senada, pendapatan jalan tol tumbuh 21,7 persen menjadi Rp213,23 miliar.


Demikian juga dengan pendapatan properti yang naik 138,4 persen menjadi Rp62,732 miliar.


Walau beban pokok pendapatan membengkak 2,24 persen menjadi Rp2,418 triliun, tapi laba kotor tumbuh 7,5 persen menjadi Rp329,66 miliar.


Sayangnya, beban umum administrasi membengkak 101,7 persen menjadi Rp585,1 miliar.  


Lalu, pemulihan piutang menyusut 14,98 persen menjadi Rp227,4 miliar.


Bahkan, perseroan harus mencatatkan beban lain-lain senilai Rp4,77 miliar, sedangkan di akhir Maret 2021 justru mencatatkan pendapatan lain-lain yang berasal dari non operasional senilai Rp385,34 miliar.


Kian tertekan, beban keuangan naik 10,73 persen menjadi Rp980,92 miliar.


Pada sisi lain, entitas asosiasi membebani rugi senilai Rp114,46 miliar, atau membengkak 60,56 persen dibandingkan pada kuartal I 2021.


Dampaknya, perseroan mencatat rugi sebelum pajak yang membengkak 799 persen menjadi Rp899,79 miliar.


Sementara itu, aset perseroan menyusut 1,4 persen menjadi Rp102,11 triliun karena kewajiban turun 2,3 persen menjadi Rp86,081 triliun.


Patut dicermati, kas bersih digunakan untuk aktivitas operasi mencapai Rp144,68 miliar, karena penerimaan dari pelanggan anjlok 41,96 persen yang tersisa Rp3,197 triliun.