EmitenNews.com - Penyebaran virus Covid-19 kali pertama ditemukan akhir 2019 di Wuhan, Tiongkok, menyebar secara cepat, dan masif ke seluruh penjuru dunia. WHO kemudian menyatakan wabah virus Covid-19 sebagai pandemi global pada Maret 2020. Perubahan terjadi di seluruh aspek kehidupan, yang akhirnya berdampak pada ekonomi dunia dan berimbas pada pasar modal.


Pandemi Covid-19 menjadi sentimen utama pergerakan pasar modal sepanjang 2020. Pembatasan gerak akibat lockdown menyebabkan ekonomi melambat, setelah masyarakat diharuskan melakukan segala aktivitas dari rumah untuk menekan angka penyebaran virus. Itu terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia, sehingga ketidakpastian ekonomi begitu tinggi membuat pasar modal terkoreksi dalam.


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh titik terendah pada 24 Maret 2020, terkoreksi hingga 37,49 persen. Begitu juga dengan obligasi terkoreksi 3,65 persen karena ada arus modal keluar (capital outflows) cukup deras, baik di pasar saham maupun obligasi. Pada penutupan 2020, IHSG masih minus 5,09 persen secara year-to-date (ytd) ke posisi 5.979. Kemudian indeks obligasi/IBPA naik 14,38 persen secara ytd. Sedang rupiah sejak awal tahun melemah 1,33 persen ke posisi Rp14.050 per Dolar Amerika Serikat (USD).


Pemerintah seluruh negara dunia berusaha menyelamatkan masyarakat dari penyebaran virus dan perekonomian negara secara bersamaan. Efeknya, kebijakan fiskal dan moneter harus diterapkan untuk mengalirkan stimulus membantu perekonomian negara masing-masing. Dampak stimulus itu, mulai terlihat dengan perbaikan ekonomi pada kuartal ketiga 2020, setelah pertumbuhan ekonomi kuartal kedua terkoreksi cukup dalam.


Di tengah pandemi, tahun 2020 juga merupakan tahun politik bagi Amerika Serikat (AS). Periode masa pemilihan menambah volatilitas dan koreksi pada pasar global. Menyusul koreksi itu, peluang investasi menjadi lebih baik karena investor mulai mengalihkan fokus ke emerging market, terutama Asia. Terpilihnya Joe Biden menjadi angin segar untuk pasar karena dianggap akan lebih memberikan kepastian melalui janji-janji politik untuk perbaikan ekonomi AS, serta diharapkan hubungan dagang Amerika dan Tiongkok akan lebih kondusif.


Di Indonesia, beberapa langkah dilakukan pemerintah membantu pemulihan ekonomi dengan menggelontorkan stimulus fiskal dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Melakukan skema pembagian beban atau burden sharing dengan menjaga stabilitas nilai tukar, suku bunga, dan inflasi agar tetap terkendali serta memperhatikan kredibilitas dan integritas pengelolaan ekonomi, fiskal, dan moneter. Omnibus law atau RUU Cipta Kerja telah disahkan dan diharapkan menarik investor asing dan membantu Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia.


Selama 2020, Portfolio Manager Allianz Indonesia aktif mengikuti kondisi pasar dan menyesuaikan strategi investasi dengan kondisi pasar fluktuatif. Strategi tepat mampu memaksimalkan kinerja fund dan memberikan imbal hasil baik. Selama 2020 fund-fund unit link Allianz lebih unggul dibanding tolok ukurnya. Misalnya, Smartlink Rupiah Equity Fund mampu memberi imbal hasil minus 2,51 persen, lebih baik dibanding tolok ukur IHSG tekor 5,09 persen, Smartlink Rupiah Fixed Income Fund surplus 12,15 persen, lebih baik dari tolok ukur tumbuh 9,95 persen, begitu juga dengan Allisya Rupiah Equity Fund turun 3,83 persen, lebih baik dari tolok ukur Jakarta Islamic Index tekor 9,69 persen.


"Meski kondisi pasar volatil di tengah masa pandemi, Allianz Indonesia mencatat perkembangan imbal balik investasi positif pada 2020 dengan total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) sebesar Rp42,70 triliun, naik 6,27 persen dibanding tahun sebelumnya. AUM ini termasuk juga dana kelolaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Allianz. Dana yang dikelola terdiri dari investasi produk unit link 55 persen, asuransi jiwa dan kesehatan 26 persen, dan DPLK 19 persen," tutur Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia.


"Allianz juga secara aktif memilih instrumen investasi berkelanjutan. Baik sisi lingkungan, dampak sosial, dan pengelolaan baik atau Environmental, Social & Governance (ESG) sesuai investment guideline Allianz Group. Tujuan kami dalam mengelola asset bukan hanya memberi imbal hasil baik, tetapi juga melakukan investasi berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor ESG,” tambah Ni Made.


Allianz Indonesia senantiasa menjaga kepercayaan nasabah untuk mengelola aset pada 62 jenis fund dengan strategi tepat sepanjang 2020. Tiga fund paling banyak dipilih nasabah SmartLink Equity Fund dengan dana kelolaan Rp10,26 triliun, SmartLink Balanced Fund dengan dana kelolaan Rp2,08 triliun, dan SmartLink Fixed Income Fund dengan dana kelolaan Rp1,82 triliun.


Allianz Life Indonesia juga meraih empat penghargaan Unit Link Terbaik 2021 dari Majalah Investor dan Infovesta, untuk kategori campuran denominasi mata uang dollar periode 3, 5, dan 10 tahun, SmartLink Dollar Managed Fund, serta untuk kategori saham periode 10 tahun, fund berbasis syariah Allisya Rupiah Equity Fund. Penghargaan ini diberikan karena SmartLink Dollar Managed Fund dan Allisya Rupiah Equity Fund mencatatkan kinerja baik dengan hasil imbal balik optimal dan karakteristik risiko stabil.


Sementara itu, perkembangan dan pendistribusian vaksin mulai awal 2021, likuiditas berbagai negara, dan sentimen positif penerapan Omnibus Law akan menunjang iklim dan daya tarik investasi di Indonesia diharap dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia. Meski optimisme tahun 2021 jauh lebih baik dari tahun lalu, tetap ada risiko perlu diperhatikan. Antara lain tekanan Geopolitikal AS, pertumbuhan ekonomi dunia masih lemah, gelombang kasus Covid-19 baru, rendahnya realisasi penanaman modal asing, lemahnya implementasi Omnibus Law, pemerintah mengalami penundaan ketersediaan vaksin Covid-19, dan konsumsi rendah pemerintah dan masyarakat.


Tahun ini, Allianz Indonesia telah memulai secara progresif untuk strategi investasi pada saham dalam meningkatkan eksposur non-defensif selain saham defensif, dengan melihat ekspektasi pemulihan ekonomi pada 2021 dan 2022. Selain itu, ada prospek aliran dana asing terhadap proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV Battery), yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar dunia dan memiliki peran penting rantai produksi EV. Secara umum preferensi Allianz Indonesia tetap tidak berubah pada saham-saham memiliki kekuatan harga, neraca efisien, dan tata kelola perusahaan yang baik.


Perusahaan berpandangan positif terhadap pasar obligasi Indonesia. Likuiditas perbankan cukup dan inflasi terjaga. Beberapa faktor positif mendasari pandangan positif terhadap pasar obligasi Indonesia. Namun, tetap memperhatikan dengan saksama pergerakan US Treasury yield dan postur APBN 2021 akan berpengaruh terhadap dinamika dan volatilitas pasar obligasi.


"Untuk memaksimalkan tujuan finansial jangka panjang nasabah, kami mengimbau nasabah memilih jenis perlindungan asuransi sesuai kebutuhan. Tidak kalah penting memahami profil risiko masing-masing. Nasabah perlu memastikan pilihan instrumen investasi sesuai profil risiko dan melakukan review secara berkala terhadap nilai investasi. Produk unit link Allianz memiliki fitur switching atau pengalihan. Nasabah dapat mengubah pilihan fund untuk polis secara online melalui portal nasabah Allianz eAZy Connect. Allianz Indonesia menjaga kepercayaan nasabah untuk memberi perlindungan dan pelayanan asuransi terbaik. Mengelola aset nasabah untuk mencapai tujuan finansial yang diharapkan," tegas Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia. (Eko)