Arah Pasar Modal Indonesia dalam Inovasi Digitalisasi Teknologi dan Keberlanjutan
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, ketika meluncurkan slogan Aku Investor Saham di galeri BEI Selasa (22/8). Slogan Aku Investor Saham lebih menitikberatkan program pemahaman pasar modal kepada masyarakat. (Foto: KM)
EmitenNews.com - Sejak diaktifkannya kembali 46 tahun yang lalu, pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan. Pertumbuhan dapat dilihat dari segala sisi, baik dari jumlah investor 4.127,76 persen (dari 281.256 pada 2012 ke 11,88 juta pada Oktober 2023), jumlah perusahaan tercatat tumbuh 96,30 persen (dari 459 menjadi 901), nilai transaksi tumbuh 131,6 persen (dari Rp4,53 triliun menjadi Rp10,49 triliun), hingga pada fasilitas sarana dan prasarana yang ada di dalamnya.
Capaian tersebut tidak lepas dari berbagai inovasi yang telah dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di pasar modal. Stakeholders itu terdiri dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), serta anak usaha, hingga pelaku pasar. Pelaku pasar itu terdiri dari Perusahaan Efek dan Perusahaan Tercatat, serta Perguruan Tinggi dan media yang berkontribusi pada edukasi dan penyebaran informasi pasar modal.
Untuk menyikapi kemajuan tersebut dan mempercepat perkembangan pasar modal, BEI meluncurkan kampanye 'Aku Investor Saham' pada 10 Agustus 2023. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi rasa kebanggaan, inklusivitas, dan kemajuan bagi para investor di Pasar Modal Indonesia, terutama mendorong pengembangan dan perluasan basis investor.
Pengembangan dan Perluasan Basis Investor
BEI masih akan melanjutkan beberapa program pengembangan mulai dari meluncurkan produk baru seperti produk waran terstruktur yang akan disusul dengan Single Stock Futures di tahun depan, meluncurkan aplikasi IDX Mobile, serta tengah menyiapkan Investhub yakni portal edukasi terintegrasi Pasar Modal Indonesia.
BEI juga terus meningkatkan jumlah perusahaan tercatat, serta masih akan melakukan edukasi dan sosialisasi pasar modal agar lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Pasalnya walaupun produk pasar modal Indonesia saat ini sudah cukup beragam, namun inklusi pasar modal masih tergolong kecil dibandingkan dengan produk keuangan lainnya. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK di tahun 2022 mencatat tingkat inklusi pasar modal masih baru mencapai 5,19 persen.
Oleh karena itu, pasar modal harus terus memahami karakteristik generasi muda, terutama Generasi (Gen) Z, untuk mengembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Apalagi dengan dipicu semakin masifnya transformasi digital, Gen Z akan semakin menjadi kekuatan potensial bagi pasar modal Indonesia di masa depan. Sebab saat ini populasi Gen Z telah mendominasi demografi investor individu di pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Related News
Saham Telekomunikasi Jadi Unggulan Hari ini, Coba yang Berikut
Wall Street Meroket, IHSG Konsisten Negatif
IHSG Lesu, Koleksi Saham JSMR, TLKM, dan ANTMĀ
Tertekan, IHSG Orbit Level 7.070
Fokus Layanan, Bisnis Employee Benefit Generali Indonesia Meningkat
DPR Minta Menkeu Pertimbangkan Lagi Kenaikan PPN 12 Persen