Atasi Problem Lokasi Sumber EBT, Presiden Minta Pemanfaatan Smart Grid Dioptimalkan
EmitenNews.com - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sangat besar, sehingga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, yang merupakan PLTS terbesar se-Asia Tenggara, di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, Kamis (9/11).
Jokowi mengatakan, pembangkit listrik berbasis EBT memiliki tantangan tersendiri karena memiliki sifat intermitten, atau bergantung pada kondisi cuaca. "Misalnya pada pembangkit surya atau juga pembangkit bertenaga angin, dalam prosesnya ada tantangan cuaca memang, tapi bisa kita atasi dengan membangun Smart Grid," ujar Jokowi.
Dengan menggunakan smart grid, sambungnya, apabila cuaca sedang berubah-ubah, listrik tetap stabil dan tidak akan terjadi kendala yang mengganggu penyediaan tenaga listrik.
Selain itu, Smart Grid juga akan bisa menjawab tantangan lokasi sumber potensi EBT yang jauh dari masyarakat ataupun ke pusat ekonomi. Sehingga akan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan akses listrik dari energi hijau dengan harga yang terjangkau.
"Solusinya kita bisa bangun transmission line dan nantinya setiap potensi EBT di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi bisa kita salurkan ke pusat-pusat ekonomi," tambahnya.
Smart grid juga akan menguatkan komitmen pemerintah dalam mengejar target bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025. "Kita harapkan akan semakin banyak EBT di negara kita, baik surya, hidro, geotermal dan angin, saya kira kalau terus konsisten kita laksanakan seperti akan sangat baik," tutup Jokowi.
Dalam beberapa kesempatan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meyakini bahwa dengan pembangunan smart grid akan memberikan pemeretaan akses listrik bagi masyarakat yang tinggal di wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar).
"Teknologi Smart Grid tidak terbatas hanya pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk otomasi sistem kelistrikan yang efisien di daerah 3T dengan memanfaatkan energi terbarukan setempat melalui konsep Smart Micro Grid," jelas Arifin.
Menurut Arifin, topografi Indonesia bukan dianggap sebagai hambatan bagi Pemerintah dalam menyediakan akses listrik ke masyarakat. "Beberapa stategi dalam penyediaan listrik bisa dilakukan secara on grid maupun offgrid," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT. PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan PLN akan mengusung pemanfaatan smart grid dan pembangunan jaringan transmisi antarpulau dengan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang bisa meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan sebesar 75 persen atau setara 61 gigawatt (GW) hingga tahun 2040.
Strategi tersebut dilakukan melalui pembangunan green enabling transmission line yang akan menghubungkan potensi EBT di daerah terpencil dengan pusat beban listrik. Infrastruktur juga dilengkapi dengan smart grid mulai dari pembangkitan, transmisi hingga distribusi. Langkah ini menjadi solusi dari tantangan intermitensi pada pembangkit listrik, sehingga pasokan listrik dapat tetap andal dan berkelanjutan.
"Kita dapat meningkatkan penggunaan pembangkit tenaga surya dan angin dari hanya 5 GW menjadi 28 GW hingga 2040. Kami akan melakukan best effort mengeksekusi arahan Bapak Presiden. Kami siap menjalankan transisi energi demi memastikan kehidupan masa datang lebih baik," tandasnya. (*)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha