Bank Berdeposito Tinggi Diuntungkan oleh Penurunan Suku Bunga Acuan
Gedung Kantor Pusat BNI.
EmitenNews.com - Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) memberi kejutan dengan menurunkan suku bunga acuan atau BIf Rate. Keputusan yang sama sekali tidak diperkirakan oleh pasar.
Dalam rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 14-15 Januari 2025, BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5%. Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1%, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkap Gubernur Perry Warjiyo.
Penurunan BI Rate akan berdampak signifikan bagi perekonomian nasional. Sektor yang paling merasakan dampak positifnya adalah perbankan.
Penurunan BI Rate akan ikut menurunkan suku bunga di Pasar Uang Antar-Bank (PUAB). Seiring penurunan PUAB, biaya dana (cost of fund) perbankan akan turun. Bunga simpanan bisa turun, dan bunga kredit menyusul kemudian.
“Penurunan suku bunga acuan akan berdampak positif bagi perbankan dengan porsi deposito yang tinggi terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Misalnya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dengan porsi 52%, PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk (BRIS) 38%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 36%,” sebut riset BRI-Danareksa Sekuritas.
Penurunan BI Rate, lanjut riset BRI-Danareksa Sekuritas, juga akan mengurangi tekanan terhadap PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Keduanya memiliki porsi deposito dengan kategori khusus sebanyak 40% dari total DPK.
Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi dan surat berharga lain seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga dapat meningkatkan likuiditas perbankan. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga dalam tren menurun.
Dipangkasnya BI Rate memberikan peluang strategis bagi bank untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat kinerja keuangan. Selama periode penurunan BI Rate pada 2016-2018 sebesar 125 bps, misalnya, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan signifikan dari sisi harga saham.
Saham perbankan memiliki bobot yang besar dalam pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencapai hampir 30%. Oleh karena itu, IHSG otomatis bisa terangkat saat saham perbankan melesat.
BRI-Danareksa Sekuritas memperkirakan BI Rate berpeluang turun lagi 25 bps pada semester II-2025. Oleh karena itu, BRI-Danareksa Sekuritas mempertahankan target IHSG di 7.850 pada akhir 2025. Laba per saham (Earnings per Share/EPS) tumbuh 6,5% dan valuasi yang dicerminkan dengan forward Price/Earnings Ratio (P/E) ada di 13 kali.
Kinerja BNI
Salah satu bank yang akan merasakan dampak dari penurunan BI Rate adalah BBNI. Penurunan BI Rate memberikan keuntungan utama bagi bank dengan proporsi deposito berjangka (time deposit) yang besar. BBNI, yang memiliki sekitar 40% deposito dalam kategori khusus, mampu mengurangi biaya pendanaannya secara signifikan.
Selama periode penurunan BI Rate pada 2016-2018 sebesar 125 bps, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam nilai saham. Saham-saham bank besar, termasuk BBNI, menunjukkan hubungan terbalik yang kuat dengan suku bunga acuan, dengan keuntungan rata-rata mencapai 74-108%.
Penurunan BI Rate akan memberikan sejumlah sentimen positif bagi BBNI antara lain Pertama, efisiensi biaya dana. Struktur pendanaan BNI memungkinkan perseroan untuk menyesuaikan beban bunga lebih cepat seiring dengan penurunan BI Rate. Kedua, Portofolio pinjaman yang fleksibel. Dengan kombinasi pinjaman berbunga tetap dan mengambang, BBNI dapat menjaga margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) tetap stabil. Dan ketiga, penguatan likuiditas. Penurunan suku bunga acuan mendorong penurunan imbal hasil obligasi, yang memberikan keleluasaan lebih besar dalam pengelolaan likuiditas .
Penurunan BI Rate memberikan peluang strategis bagi BBNI untuk memperkuat posisinya di pasar perbankan. Dengan pengelolaan pendanaan yang efisien dan strategi portofolio yang adaptif, BBNI diharapkan mampu mencatatkan pertumbuhan yang solid di tengah dinamika kebijakan moneter. Sebagai salah satu pemain utama sektor perbankan, BNI menawarkan prospek yang menjanjikan bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya.
Related News
Remala Abadi (DATA) Susun Strategi Baru Usai Grup Djarum Ambil Alih
Babak Baru Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon)
Bos GRPM Serok Saham Ditengah Lonjakan Harga, Ada Apa?
Tunjuk CGS Sekuritas, Tender Offer Saham MASA Rp5.961 per Lembar, Cek!
Anjlok Beruntun Usai Listing, BEI Akhirnya Gembok Saham Ini
Tiga Saham Diawasi BEI, Ada Emiten Milik Aguan- Grup Salim!