EmitenNews.com - PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) disebut-sebut bakal hengkang dari Bank Syariah Indonesia (BRIS) dengan mendivestasi saham perseroan kepada investor. 

menanggapi kabar rencana tersebut Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyampaikan bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin kuat di mana BSI memiliki posisi yang signifikan dalam industri syariah.

Sebagai salah satu pemegang saham, ujar Novita, BNI mendukung penuh inisiatif BSI yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai perusahaan.

"Jika inisiatif tersebut melibatkan perubahan strategi investasi kami di BSI, kami akan memastikan bahwa setiap transaksi dilakukan secara arm's length dengan tata kelola yang prudent," kata Novita,  menjawab pertanyaan media saat konferensi pers Paparan Kinerja Semester I 2024 secara virtual di Jakarta, Kamis (23/8).

Selain itu, BNI yang membutuhkan waktu lama untuk mempublikasikan laporan keuangan semester I 2024 serta kaitannya dengan rencana divestasi saham BRIS.

Lebih lanjut, Novita mengatakan bahwa aspek-aspek yang akan dipertimbangkan oleh BNI antara lain aspek risiko, keuangan, serta penyusunan strategi jangka panjang dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam setiap pelaksanaannya.

"Sejauh ini belum ada informasi tambahan yang dapat kami sampaikan. Kami akan secara berkala melakukan update informasi secara proporsional sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait keterbukaan informasi kepada publik," kata Novita.


BNI porsi kepemilikan 10,72 miliar  lembar atau 23,24 persen saham dalam BSI. Pada penutupan perdagangan Jumat (23/8) saham BRIS naik Rp80 atau melesat 3 persen menjadi  Rp2.700 per lembar. 

Selain BNI, pengendali BSI antara lain Bank BRI dengan porsi 7,09 miliar lembar setara 15,38 persen. Bank Mandiri mengempit 23,74 miliar saham selevel dengan 51,47 persen. Pemerintah negara Indonesia mengemas 1 saham BSI. Dan, publik menggenggam 4,55 miliar saham alias 9,91 persen.