EmitenNews.com - Chandra Asri (TPIA) mendapat fasilitas kredit USD250 juta. Pinjaman berskema term loan baru dengan balloon payment  setara Rp3,5 triliun itu, didapat dari Bank BNI (BBNI). Skema pembiayaan itu, terbagi menjadi dua fasilitas. 


Pertama, fasilitas term loan satu dengan maksimal USD150 juta atau sekitar Rp2,13 triliun. Fasilitas itu, untuk membiayai buyback obligasi, dan refinancing utang eksisting perusahaan bertenor tujuh tahun. Kedua, fasilitas term loan 2 dengan maksimal USD100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun untuk membiayai kebutuhan pra operasi kompleks petrokimia kedua berskala global (CAP2) bertenor 10 tahun. 


Dengan pembiayaan itu, BNI berkomitmen menyasar segmen berisiko rendah. Salah satunya segmen nasabah korporasi termasuk dalam nasabah top tier. Pembiayaan itu, sebagai langkah awal pengembangan bisnis antara BNI dan Chandra Asri. ”Kami berharap menjadi preferred partner, memberi financial solutions dengan menyediakan berbagai produk,  layanan perbankan lengkap, dan komprehensif bagi perusahaan,” tutur Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (5/10).


Pembiayaan sektor petrokimia itu, menjadi wujud komitmen BNI mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor barang produk Petrokimia. Kerja sama itu, diharap terus terjalin secara berkesinambungan, dan berkelanjutan seiring rencana BNI mengembangkan business banking sehat, dan prudent. ”Kami berharap kemitraan ini, menjadi langkah bagi Chandra Asri untuk terus meningkatkan kinerja keuangan agar memberi keunggulan operasional,” tambah Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra. 


Kemitraan itu, diharap menjadi mitra untuk pertumbuhan industri petrokimia nasional, dan ekspansi mendukung pembangunan CAP2. ”Kami berharap kemitraan dengan BNI ini dapat terus berkembang untuk melayani industri dalam negeri,” ucapnya.


Chandra Asri, perusahaan petrokimia terbesar terintegrasi Indonesia. Perusahaan berkomitmen meningkatkan kapasitas untuk memenuhi permintaan domestik terhadap produk petrokimia makin meningkat. Salah satu strategi perusahaan, pengembangan CAP2 berskala global. 


Pembangunan kompleks itu, diharap mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, mengembangkan industri hilir petrokimia lokal. Selanjutnya, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0, dan menciptakan karier jangka panjang bernilai tinggi. (*)