EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dibayangi sentimen eksternal. Itu menyusul lonjakan suku bunga The Fed Amerika Serikat (AS), dan data ekonomi regional kurang memuaskan.


Situasi dan kondisi tersebut membuat Indeks dapat bergerak volatile namun akan cenderung menguat. Itu mengingat, sentimen dari dalam negeri mengenai rilis laporan keuangan, potensi kenaikan saham-saham komoditas, melihat potensi penguatan bursa regional. 


”Kami perkirakan Indeks bergerak pada rentang support 6.925, dan resisten 7.000,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Jumat (29/7).


Secara teknikal, Indeks masih akan menguji MA80. Indeks masih ada peluang untuk melanjutkan rebound. Namun, Indeks membentuk gap up, dan perlu diwaspadai. Indeks masih akan menguji resistance psikologis levl 7.000. Beberapa saham berpotensi naik yaitu ESSA, HRUM, INDY, VICI, ADRO, MDKA, INCO, BMTR, PGAS, dan ITMG.


Indeks kembali menanjak 0,85 persen menjadi 6.957. Beberapa sektor pendorong penguatan Indeks antara lain yaitu basic materials naik 2,45 persen, consumer cyclicals surplus 0,94 persen, dan property dan real estate naik 1,92 persen. Investor asing mencatat net sell Rp137,44 miliar. Saham paling banyak dijual investor asing BBNI, BUKA, dan BMTR.


Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) melanjutkan apresiasi. Itu setelah The Fed menaikkan interest rate 75 basis pints (bps) sesuai harapan pelaku pasar. Itu diharap dapat menekan inflasi. Saat ini, pelaku pasar fokus pada pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi kemungkinan terjadi resesi dengan ekonomi AS kuartal II-2022 minus 0,9 persen.


Bursa Asia sudah mengorbit zona hijau. Indeks Kospi menguat 0,92 persen, dan Nikkei 225 menanjak 0,32 persen. Penguatan bursa Asia di tengah rilis data ekonomi kurang memuaskan dari Korea Selatan. Di mana, retail sales, industrial production, dan manufacturing production kurang menjanjikan. Sementara dari Jepang retail sales, dan industrial production juga kurang memuaskan. (*)