Bittime Prediksi Pasar Aset Kripto Rebound Pasca Pengumuman The Fed
EmitenNews.com - Bittime, platform investasi aset kripto yang resmi terdaftar di Indonesia menilai pasar aset kripto berpotensi kembali menguat pasca pengumuman Federal Open Market Committee (FOMC) oleh bank sentral AS (The Fed), dan menjelang gelaran Bitcoin halving.
Seperti diketahui, hasil pertemuan FOMC pada 31 Januari lalu menyatakan bahwa bank sentral AS tidak akan melakukan pemangkasan suku bunga pada Maret 2024. Adapun The Fed bakal mempertahankan kisaran suku bunga acuan pada level 5,25%-5,5%.
CEO Bittime, Ryan Lymn mengatakan keputusan The Fed tersebut sudah diantisipasi juga oleh para pelaku pasar. Ia menilai jika pun terdapat koreksi di pasar aset kripto, maka itu merupakan hal yang sesuai momentum.
“Pasca pengumuman hasil FOMC, koreksi terjadi hampir di seluruh pasar aset. Tak hanya aset kripto, bursa saham pun turut melemah dalam merespons keputusan The Fed,” ujar Ryan.
Menurut Ryan, pelaku pasar saat ini sudah berpikir secara visioner dalam hal suku bunga. Ia menilai mayoritas pelaku pasar telah memprediksi pemotongan suku bunga baru dimulai pada bulan Mei atau Juni, bukan bulan Maret.
“Tim riset Bittime menilai koreksi terjadi lebih karena terpicu retorika hawkish yang mungkin terus dimunculkan sebelumnya. Maka ketika terkena sentimen suku bunga yang kurang mendukung, akan memicu koreksi di pasar saham. Dan sebagai konsekuensinya, terjadi arus keluar modal dari aset kripto," ungkapnya.
Ryan beranggapan pelemahan pasar aset kripto yang terjadi tidak akan berlangsung lama. Pasalnya terdapat berbagai hal yang diprediksi bakal menjadi sentimen positif dan turut mengerek pasar aset kripto untuk rebound.
“Ada beberapa hal yang diprediksi menjadi sentimen pendorong pasar aset kripto. Mulai dari Bitcoin halving yang diproyeksi terjadi pada April nanti, altcoin season, hingga beberapa proyek baru yang dinilai memiliki potensi tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut, tim riset Bittime menilai pelemahan harga Bitcoin (BTC) kemungkinan akan terbatas. Nilai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu diprediksi bakal berkonsolidasi di antara level US$44.000 dan US$42.000.
“Menurut tim riset Bittime, level US$42,000 dan di bawah level US$40,000 dapat bertindak sebagai level support utama. Dan itu bakal menjadi level harga yang akan menarik pembeli, sehingga pasar aset kripto akan rebound. Prediksi kami, tahun ini BTC berpeluang menembus
nilai tertinggi 2021 lalu di level US$68.000,” imbuh Ryan.
Untuk diketahui, Bitcoin halving merupakan masa yang ditunggu para pelaku pasar aset kripto setiap 4 tahun sekali. Dalam masa ini, imbalan atas penambangan aset kripto Bitcoin akan dipotong.
Bitcoin halving juga akan membatasi pasokan BTC, yang secara total sudah ditentukan sebanyak 21 juta koin. Sesuai hukum ekonomi, berkurangnya pasokan dengan permintaan yang banyak akan membuat harga terkerek.
Bittime Listing JUP, Token Ekosistem Solana yang Tengah Naik Daun Selain Bitcoin halving, beberapa proyek baru dinilai memiliki potensi tinggi untuk mendongkrak pasar aset kripto. Saat ini, token yang tengah jadi perbincangan adalah Jupiter (JUP). Token ini didukung oleh proyek sektor DeFi yang berada di dalam ekosistem Solana, aset kripto dengan nilai kapitalisasi terbesar kelima dunia.
Product Manager Bittime, Fransiskus Bupu Awa Du’a mengatakan proyek DeFi sering kali terkendala oleh masalah seperti fragmentasi likuiditas dan distribusi token yang tidak merata. Kadang-kadang, hal ini menyebabkan inefisiensi perdagangan sehingga membutuhkan solusi inovatif dan inklusif.
“Bittime baru saja me-listing JUP. Alasannya, Jupiter sebagai agregator likuiditas berbasis Solana, mengatasi masalah DeFi dengan mengumpulkan likuiditas dari beberapa bursa terdesentralisasi demi meningkatkan nilai perdagangan dan mengurangi slippage bagi pengguna,” jelasnya.
Fransiskus menjelaskan, pada hari peluncuran tokennya kemarin, volume perdagangan DEX Jupiter melampaui US$1 miliar, menjadikannya salah satu crypto unicorn. Namun, mengingat token JUP baru diperdagangkan pada hari pertama, analisis grafik belum bisa membantu untuk
memprediksi harga.
“Melihat tokenomik dan fundamental protokol adalah salah satu cara memprediksi yang lebih baik. Selain itu, volume perdagangan Jupiter yang saat ini besar akan memiliki dampak positif terhadap prospek harga dalam jangka panjang,” imbuh Fransiskus.
Menurutnya, trader dan investor harus mengingat risiko yang berasal dari adanya airdrop JUP. Hal itu dinilai bisa mengakibatkan inflasi harga JUP yang berlebihan dan membuat nilainya melemah dalam jangka pendek.
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha